MASALAH-MASALAH METODOLOGI DALAM RISET
PEMBANGUNAN LEMBAGA
A.
PEMETAAN VARIABEL-VARIABEL
Walaupun lembaga-lembaga direncanakan sejumlah perspektif perlu di
pertimbangkan.mereka dapat di bagi dalam 3 skema organisasi atau pemetaan
variabel-variabel:
a)
Pemetaan rancang bangun:elaborasi terperinci bagaimana
seharusnya bagaimana seharusnya lembaga yang baru dari segi pandang mereka
bertanggung jawab bagi proses perencanaanya.Umpamannya,tidaklah cukup untuk
mengetahui anggaran yang ada sekarang untuk mengembangkan suatu lembaga.Adalah
juga penting untuk mengetahui,bagaimana uang tersebut di manfaatkan,dan berapa
nilai yang di berikan oleh mereka yang mengotorisasi pengeluaran,sehingga
dengan demikian dapat di peroleh kemungkinan besar bahwa dana-dana akan
tersedia,bahkan sekalipun ada kekurangan di dalam sistem umumnya.
b)
Pemetaan operasi-operasi:elaborasi terperinci tentang
perkembangan sebenarnnya suatu lembaga.hal ini mencakup detil-detil yang agak
berbeda dari rancang bangun karena kenyataan bahwa perkembangan nyata dari
suatu organisasi baru,yang di harapkan menjadi lembaga,kompromi-kompromi di
buat antara tujuan-tujuan normatif yang saling bersaing.juga,informasi baru
yang mungkin di temukan yang akan menyimpang dari pola gagasan ke pola yang
secara realistis memungkinkan.Hal ini meliputi penelitian tentang bagaimana
anggaran di keluarkan sebenarnny,yang berlawanan dengan alokasi aslinnya.
c)
Pemetaan citra:penggambaran terperinci tentang bagaimana para
peserta dalam proses perkembangan lembaga memandang lembaga tersebut atau apa
yang mereka pikir tentang bagaimana seharusnnya lembaga tersebut.karena mereka
yang terlibat dalam perkembangan lembaga akan mencakup orang-orang dengan
berbagai peranan sosial dan mewakili kelompok-kelompok kepentingan yang
berbeda,maka citra-citra mereka jarang sekali,malah dalam kenyataan tidak
pernah identik.Adalah bermanfaat untuk mengenal citra-citra dari para pengambil
keputussan yang saling berbeda.beberapa mempunyai wewenang langsung untuk
memutuskan tentang nasib lembaga tersebut secara
keseluruhan.pandangan-pandangan mereka mungkin agak berbeda dari mereka yang
merupakan pemimpin-pemimpin opini (opinion leaders) tanpa kekuatannya dalam
proses perencanaan.citra seorang sekertaris tidak akan sama dengan citra
seorang direktur tentang suatu organisasi dan misinnya.di bandingkan dengan
staf,klien-klien dari lembaga yang baru akan memandangnya secara
berbeda.Akhirnya,ada citra-citra dari masyarakat dan pendapat masyarakat yang
mungkin akan mempunyai sedikit pengaruh terhadap apa yang terjadi.
d)
Adanya perspektif-perspektif ganda dari suatu rencana di
dalam proses yang sedang direncanakan adalah sesuatu yang perlu diantisipasi.Bila
hal ini terjadi,kecil kemungkinannya bahwa informasi yang penting dan yang di
perlukan akan di abaikan bila ia dapat mempengaruhi cara berkembangnya lembaga
tersebut.Ada dua jenis pengamatan pemantauan:yakni yang reguler dan
khusus.Pemantauan reguler menyiratkan pengertian bahwa pada interval-interval
tertentu rencana-rencana tersebut di nilai kembali dala kerangkanya yang
baru,dan karena memungkinkan penilaianya relatif terhadap pemetaan-pemetaan
yangdi peroleh sebelumnya dan penilaian dari kemungkinan alasan-alasan bagi
pergeseran-pergeseran yang mungkin telah di catat.
e)
Di pihak lain, diinginkan adanya ketentuan-ketentuan bagi pemantauan atas dasar khusus. Hal ini
mengansumsi suatu kemampuan riset untuk memeta kembali lembaga pada waktu-waktu
yang di perlukan karena adanya krisis, keadaan darurat, atau
konsekuensi-konsekuensi yang tidak di perkirakan yang menurut sang penyelidik
mempunyai pengaruh langsung melalui lingkungan lembaga . Revolusi-revolusi,
pergolakan, bencana-bencana alam adalah contoh-contoh baik baik dari
keadaan-keadaan yang menuntut di adakannya penilaian kembali atas dasar “sesuai
dengan keperluan “ daripada menanti interval reguler yang telah dimasukan bagi
pemanatauan yang sedang berjalan.
B.
DIMESI WAKTU
Dalam riset pembangunan lembaga, waktu adalah variabel yang kritis. Bila
suatu lembaga dipetakan sepanjang garis-garis rancang bangun, operasi dan
citra, dari suatu waktu tertentu, maka penggambarannya dikembangkan sejak waktu
nol. Memang ada waktu yang mendahului keadaan-keadaan sekarang dan adapula
keadaan-keadaan yang mendahului. Secara sederhana, keadaan historis dari
kerangka acuan ini secara sederhana melibatkat gagasan untuk memetakan lembaga
dalam kerangkanya pada waktu-waktu sebelumnya atau sepanjang kurun waktu
sebelumnya, mungkin dari sejak awal mulanya. Jenis perspektif ini adalah sangat
relevan dalam arti bahwa masa lampau, bagaimanapun juga, telah menghasilkan
masa sekarang. Melalui masa sekarang, yakni waktu nol, ia membatasi masa depan.
Dalam kerangka ini, permasalahan ini dengan masa depan mempunyai dua arti
utama. berhubungan dengan memperkiraan (guesstimating),
memprakirakan (forecasting), atau
meramalkan (predicting) masa depan.
a.
Memperkirakan (guesstimating)
pada dasarnya adalah penafsiran subjektif dari informasi dan penerapannya
ke keadaan-keadaan yang belum ada. Pada waktu perkiraan (guesstimate) dibuat, keandalan dan keabsahan konklusi-konklusinya
tidak diketahui.
b.
Prakiraan dapat dilaksanakan bila kami menerima asumsi-asumsi
di dalam data dari mereka yang mengadakan prakiraan tersebut;
c.
Meramalkan (guesstimate)
dapat dilaksanakan dan adalah sah, sekurang-kurangnya dalam batas-batas
kesalahan yang mungkin terjadi dan tertentu dari ramalan (prediction) tersebut.
Waktu adalah variabel analitis yang esensial bagi pemerataan.
Lembaga-lembaga berubah dan berkembang dengan waktu, dan dalam daur hidupnya
mencapai berbagai tahap. Seringkali ketentuan-ketentuan bagi
perubahan-perubahan tersebut, seperti umpamanya memasuki unsur-unsur baru atau
menghapus beberapa unsur, telah dimasukkan dalam rancang bangun lembaga itu
sendiri. Rencananya dapat mengadakan ketentuan-ketentuan eksplisit mengenai
pola pertumbuhan dari lembaga, atau perubahan-perubahan yang berhubungan dengan
waktu, yang berhubungan dengan lembaga-lembaga lain. Semua itu di tujukan
untuk:
a.
Menyerap tujuan-tujuan baru
b.
Menggeser dari tujuan-tujuan yang sekarang ke yang lain
c.
Memperbesar dasar
sumber dayanya
d.
Menambah pegawainya
e.
Menambah kemampuan dan harapan keluarannya.
Jadi rancang bangun merupakan proses perkembangan yang terus menerus.
C.
DIMENSI-DIMENSI PEMETAAN
Pertama, adanya dokrin kelembagaan. Dapat dikatakan hal ini mencakup:
a.
Tujuan operasional
b.
Tujuan sosial yang melayani oleh tujuan-tujuan operasional
c.
Metode-metode operasi sebagai spesifikasi dari cara-cara
dengan mana tujuan tersebut harus dicapai kapan dan bagaimana seringnya
d.
Pembenaran hubungan nilai dari lembaga yang berhubungan
dengan keinginan atau tujuan manusia secara keseluruhan yyang menempatkan
lembaga dalam kerangka aspirasi kemanusiaan yang luas.
Kedua, biasanya ada tema-tema
kelembagaan, yang mencakup pertimbangan dari segi-segi seperti:
a.
Penerjemahan dari dokrin kelembagaan kedalam selogan-selogan
yang dengan mudah dapat dimengerti yang merupakan peryataan-peryataan tentang
tujuan-tujuan sederhana.
b.
Lambang-lambang kelembagaan yang mewakili usaha secara
keseluruhan.
Ketiga, ada kepemimpinan. Ada dua jenis pemimpin yaitu:
a.
printis-printis- yakni mereka yang secara aktif terlibat
dalam perumusan program dari lembaga.
b.
Pelaksana-pelaksana, yakni mereka yang mengarahkan operasi
dari lembaganya.
Pemimpin-pemimpin ini selanjutnya dapat dijelaskan atas dasar asal usul
mereka dalam struktur sosial, sifat-sifat mereka, maupun hasil-hasil yang telah
dicapai pengetahuan dan ketrampilan.
Pemimpin adalah orang-orang yang mempunyai motivasi dan aspirasi
tertentu, seperti upamanya keinginan untuk melayani, memperoleh kekuasaan,
untuk memperoleh kekayaan, untuk ikut menolong lembaga, untuk mendapatkan
pengungkapan diri, untuk dapat melepaskan dari keadaan-keadaan yang tak
diinginkan atau bersifat mengancam.
Keempat, ada pegawai-pegawai, yang
secara konseptual lebih luas dari kepemimpinan.wewenang yang mereka pegang
sebagai pegawai terbatas pada pelaksanaan dan tugas-tugas spesifik dan biasanya
berulang. Pegawai dalam suatu lembaga mempunyai sifat-sifat seperti:
a.
Besarnya yang diukur secara numerik atau angka dan dalam
biaya anggaran.
b.
Berbagai macam ketrampilan dan campuran pendidikan, jumlah
relatif dari pegawai profesional, semi profesional, pekerja kantor dan lainnya.
c.
Campuran dan peranan-peranan dan cara dengan mana pelaksanaan
mereka berhubungan dalam ruang, waktu, dan fungsi operasional dalam lembaga.
Kelima, ada sumber-sumber daya.
Meliputi:
a.
Uang dan bentuk anggaran atau bentuk keuangan lainnya
b.
Pabrik fisik
c.
Peralatan ( yang dapat digunakan kembali)
d.
Persediaan (yang berkurang karena digunakan)
e.
Bahan-bahan
f.
Fasilitas lainnya
Dalam arti tertentu, konsep sumber daya mengambarkan kekayaan-kekayaan
lembaga yang ada serta penyebarannya. Jenis-jenis masalah yang dapat timbul
dalam hal ini dicontohkan dengan pertimbangan faktor penggunaan daari tiap
sumberdaya, pertimbangan dari hidup berguna tiap sumber daya yang
dipertimbangkan untuk daur-daur penggantian atau daur-daur tambahan.
Keenam, organisasi adalah jaringan
peranan-peranan sosial dimana masing-masing dinyatakan secara normatif, dengan
cara sedemikian rupa sehingga keseluruhan pembagian kerja menghasilkan usaha
terpusat yang efisien ke arah tujuan-tujuan lembaga. Organisasi bisa
digambarkan dengan:
a.
Derajat otonomi dari wewenang mereka yang berada diluar
sistem sanksi kelembagaan.
b.
Lapisan-lapisan hirarki
c.
Derajat sentralisasi dan fungsi-fungsi keputusan
d.
Derajat pemusatan
e.
Jenis-jenis pembagian fungsional atau administratif
f.
Garis-garis pemerintah melalui mana petunjuk-petunjuk yang
dikeluarkan
g.
Garis-garis staf melalui mana petunjuk-petunjuk dilaksanakan
dan pelaksanaanya dilaporkan
h.
Garis-garis pengendalian yang menetapkan umpan balik tentang
pola dari petunjuk-petunjuk pelaksanaan dan kesulitan-kesulitan dalam
pelaksanaan
Fungsi-fungsi pengendalian meliputi penentuan penyimpangan-penyimpangan
dalam pelaksanaan dan juga ketentuan-ketentuan eksplisit bagi sanksi-sanksi
yang harus diterapkan sekitar terjadi peyimpangan-penyimpangan atau dalam hal
terjadi pelaksanaan yang baik sekalai.
Ketujuah, ada kaitan-kaitan lembaga
perorangan dan badn-badan yang mempunyai wewenag terhadapnya. Milton Esman
meyebutkan kaitan-kaitan yang memungkinkan. Kaitan-kaitan ini khususa berkisar
tentang masalah-masalah :
a.
Apakah lembaga tersebut akan didirikan atau dipertahankan
sesudah didirikan.
b.
Jenis-jenis sumber daya apa, kapan, dan bagaimana, akan
diterima secara sah dan dari siapa.
Karenanya, kaitan-kaitan yang memungkinkan ini menghubungkan lembaga ke
badan-badan atau orang-orang yang membawahinya. Karenanya, jenis
lembaga-lembaga ini pada dirinya sendiri adalah titik pusat analisis bila kita
ingin mengerti suatu lembaga yang menghubungkan dalam arti yang memungkinkan.
hal Ini demikian adanya karena lembaga bertanggung jawab.
Kedelapan, ada kaitan-kaitan
fungsional yang menghubungkan lembaga dengan lembaga-lembaga yang
menyediakannya dukungan atau yang secara sah menantikan dukungan dirinya.
Secara prinsip hal ini berarti bahwa biasanya ada lembaga-lembaga lain yang:
a.
Menyediakan beberapa, malah mungkin seluruh, masukan kepada
lembaga tertentu
b.
Menantikan beberapa mungkin seluruh, keluaran-keluaran dari
lembaga-lembaga tersebut tadi
c.
Membatasi, umpamanya dengan bersaing bagi kepemimpinan yang
sama, jenis pegawai yang sama, sumber-sumber yang sama atau dengan bersaing
untuk memenuhi fungsi atau peranan yang sama.
Dari segi pandangan ini, adalah penting untuk dipertimbangkan sifat
terpusatnya berbagai anat hubungan-hubungan fungsional dari lembaga dengan lembaga-lembaga
lainnya.
Kesembilan, adanya kaitan-kaitan normatif. Kaitan-kaitan
ini adalah kendala-kendala ideologis dan etis. Tetapi mereka juga adalah bagian
dari masalah kelembagaan. Dokrin lembaga dari ketentuan-ketentuan ormatif yang
lainnya secara eksklusif atau implisit berhubungan dengan nilai-nilai sosial
yang utama. Tetapi nilai-nilai ini adalah biasanya yang terlembaga dibidang
kehidupan sosial lainnya, seperti umpanya agama dan politik. Karenanya adalah
penting untuk mempertimbangkan sekurang-kurangnya:
a.
Kebiasaan-kebiasaan mana, bagaimana, dan dimana dilembagakan,
mempengaruhi nilai-nilai yang dimiliki oleh lembaga.
b.
Adat istiadat mana, bagaimana dan kapan dilembagakan,
mempunyai pengaruh terhadap nilai-nilai yang dimiliki oleh lembaga
c.
Undang-undang mana berpengaruh terhadap nilai-nilai ynag
dimiliki lembaga. Karena masalah-masalah sentral berhubungan dengan kecocokan
nilai-nilai kelembagaan dengan kebiasaan, adat istiadat dan undang-undang.
Kesepuluh, adanya kaitan-kaitan tersebar yang lainnya. Mereka berhubungan
dengan perlawanan umum atau dukungan dalam badan politik masyarakat atau
badan-badan yang secara memungkinkan, fungional atau normatif tidak berhubungan dengan lembaga.
Secara sederhana, pertanyaan-pertanyaan yang megidentifikasi mungkin maslah
adalah:
a.
Apakah yang merupakan sumber-sumber oposisi dan mengapa?
b.
Apakah yang merupakan sumber-sumber dukungan dan mengapa?
Dalam cara yang lebihcanggih, seorang dapat prihatin mengenai hasil guna
yang dimiliki sumber-sumber oposisi pada waktu tertentu atau sepanjang waktu
dan seorang demikian pula dapat tertarik untuk mengetahui apakah yang dilakukan
oleh sumber-sumber dukungan pada waktu tertentu atau selama jalannya waktu.
D.
PENGGUNAAN-PENGGUNAAN
PEMETAAN
Jenis-jenis pemetaan apakah yang telah kami bicarakan? Yang telah
diidentifikasi adalah sepuluh kelompok masalah konseptual:
a.
Doktrin kelembagaan
b.
Tema-tema kelembagaan
c.
Kepemimpinan kelembagaan
d.
Karyawan-karyawan kelembagaan
e.
Sumber-sumber daya kelembagaan
f.
Organisasi kelembagaan
g.
Kaitan-kaitan yang memungkinkan
h.
Kaitan-kaitan fungsional
i.
Kaitan-kaitan normatif
j.
Kaitan-kaitan terbesar
Bagi masing-masing konsep ini, peta rancangan bangunan yang dibayangkan
akan mengandung jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan khusus; dan
dalam kaitannya akan mengandung jawaban-jawaban bagi lebih banyak pertanyaan
yang tidak dikemukakan dalam naskah ini, tetapi yang seterusnya dapat
diturunkan darinya. Demikian pula, peta operasi mngidentifikasi
bekerjanyatanyadari lembaga sepanjang poros utama dan komponen-komponen tiap
poros. Akhirnya, peta-peta citra mengandung informasi yang sama seperti yang
dikumpulkan dari mereka yang mengandung lembaga dari berbagai segi pandangan.
Penjelasan-penjelasan dari perbedaan-perbedaan anatara hasil-hasil yang
diinginkan dan yang nyata (atau keluaran-keluaran), memerlukan identifikasi
dari bidang-bidang dimana peta-peta tersebut tidak saling bertemu.
Inkonsistensi-inkonsistensinya mungkin meliputi:
a.
Yang bersifat intern dalam rancang bangunan, seperti
umpamanya bila terlalu banyak dituntut dari berbagai orang dalam waktu yang
terlalu pendek; atau bila bidang-bidang yang tumpang-tindih di dalam organisasi
akhirnya mengakibatkan bahwa tidak ada seorang pun mengerjakan tugas yang
diperlukan atau melakukannya dengan kurang tepat atau cepat.
b.
Inkonsistensi mungkin dikarenakan adanya perbedaan-perbedaan
antara operasi-operasi dan rancangan-bangunannya, karena rancangan-bangunannya
tidak diketahui atau disalah mengerti, atau karena kelakuan nyata menyimpang
darinya dengan sengaja atau karena kelalaian.
c.
Inkonsistensi dapat
disebabkan karena adanya perbedaan-perbedaan diantara citra-citra dan rancangan
bangun, sejauh orang-orang bertindak atas dasar keadaan-keadaan yang telah
mereka rumuskan, hasilnya adalah tidak mrngikuti ketentuan-ketentuan rancangan
bangunan yang sebenarnya sudah memadai.
d.
Inkonsistensi dapat disebabkan karena adanya
perbedaan-perbedaan diantara apa yang sedang terjadi (operasi-operasi) dan
citra-citra yang sedemikian rupa, sehingga kesulitan-kesulitan diantara
keduanya itu membuat pelaksanaan membuat pelaksanaan dari tujuan-tujuan lembaga
menjadi lebih sulit atau bahkan tidak mungkin.
e.
Inkonsistensi dapat terjadi karena adanya perbedaan-perbedaan
anatara rancang bangunan, operasi-operasi dan citra-citra yang sedemikian rupa
sehingga apa yang diharapkan tidaklah sesuai dengan apa yang terjadi; dan baik
apa yang diharapkan maupun apa yang sedang terjadi ditangkap dengan benar.
Ini adalah pejelasan-penjelasan pada satu tingkat analisis; mereka tidak
sepenuhnya menunjuk sumber-sumber dari kesulitan-kesulitan. Tetapi mereka
memberi petunjuk tentang kategori kesulitan, khususnya bila dimensi-dimensi ini
dikombinasi dengan porors-poros masalah khusus sepanjang mana pemetaan akan
dilakukan.
Bahkan penjelasan-penjelasan ini, walaupun agak non-spesifik dapat
mencukupi untuk menemui kelompok-kelompok kelakuan yang mungkin dapat membantu
untuk memperbaiki keadaannya. Umpamanya, sekiranya
inkonsistensi-inkonsistensinya adalah sifat intern dari rancang bangun, orang
akan tergoda mempertimbangkan untuk merancang kembali lebaganya dan
menyesuaikan bidang-bidang dimana telah terjadi inkonsistensi dan konflik
tersebut. Bila perbedan diantara operasi-operasi dan rancang bangunditemui,
beberapa modifikasi posedural atau organisasi agaknya perlu dilakukan. Bila
terdapat konflik antara citra-citra dan rancang bangun, penerangan atau
persuasi mungkin sekali akan membawa struktur citra kedalam kecocokan yang
makin besar dengan norma-norma kelembagaan. Bila operasi-operasi berbeda dari
citra-citra mungkin perlu untuk mempertimbangkan pemecahan-pemecahan sepanjang
tingkat-tingkat pendidikan dan oganisasi: kedua-duanya agaknya akan diperlukan
terkecuali bagi keadaan-keadaan khusus yang saat ini tidak akan kami bahas.
Bila ada perbedaan-perbedaan diantara ketiga peta, maka hal ini sebagian besar
akan tergantung dari distribusi dari citra-citra dan pada tingkat perbaedaan di
antara operasi-operasi dan rancang bangun, apakah tekanannya harus diletakkan
pada mendidik bagian-bagian masyarakat yang relevan (dan karenanya diharapkan
akan lebih mendekati citra-citra rancang bangun dan perubahan) atau
menyesuaikan rancang bangunnya (seperti umpamanya mengorganisasi kembali untuk
membawa operasi-operasi lebih sesuai dengan rancang bangun dan karenanya
mempengaruhi citra-citra).
Di sini tiap persoalan tersebut hanya disinggung. Tiap persoalan
merupakan bidang riset utama dan masing-masing sangatlah menarik. Maksud dari
makalah ini bersifat mengusulkan dari pada menjelaskan sepenuhnya. Dalam rangka
ini, usul-usul di atas pun mengenai jenis-jenis pemecahan hanyalah merupakan
garis-garis pemikiran indikatif. Bila tidak, kami akan melemahkan tekanan kami
sendiri pada riset untuk mempertimbangkan pemecahan-pemecahan alternatif, untuk
mempelajari kelayakan, hasil guna dan hasil guna baiayanya.
E.
KERANGKA RISET: SUATU
RINGKASAN
Dalam pengertian rancangan riset, apakah yang kemudian muncul dari
pertimbangan-pertimbangan? Yang berikut ini merupakan ringkassan dari hal-hal
yang utama:
a.
Ada suatu kebutuhan untuk menghasilkan peta-peta rancang
bangun, operasi-operasi dan citra dari lembaga pada suatu titik waktu nol,
yakni sekarang. Masalahnya adalah masalah pengambaran sejauh hal ini diperlukan
untuk mengembangkan peta-peta yang demikian itu dengan cara yang sistematis.
Pelaksanaan pemetaan minimum harus mencakup dimensi-dimensi dokrin, tema-tema,
kepemimpinan, pegawai, organisasi, sumber-sumberdaya, kaitan-kaitan yang
memungkinkan, fungsional, normatif, dan yang tersebar. Dalam hal ini masalah
analitis bersangkutan denganmeletakan peta-peta diatas satu sama laindalam
usaha megidentifikasi sumber-sumber dari kekuatan-kekuatan dan
kelemahan-kelemahan lembaga yang terdapat didalam perbedaan-perbedaan diantara
peta rancang bangun, operasi-operasi dan citra dalam masing-masing dimensinya.
Masalahnya berhubungan dengan tindakan segera, dengan adanya analisis yang
demikian itu, suatu usaha bersama diadakan untuk mengidentifikasi
pemecahan-pemecahan yang akan membawah peta-peta tersebut ke keserasian yang
lebih baik dengan satu sama lain.
b.
Adanya keperluan untuk mengembangkan peta-peta rancang
bangun, operasi-operasi dan citra sejauh hal ini dilaksanakan,, dalam tahap
sebelumnya dari lembaga. Sehubung dengan ini, dorongan deskriptifnya bertalian
dengan usaha untuk menghasilkan peta-peta massa lalu dengan cara akan membuat mereka langsung cocok dengan
pemetaan waktu nol.
c.
Adanya kebutuhan untuk mempertimbangkan jenis-jenis keadaan
atas peristiwa yang mungkin merupakan sebab stabilitas atu perubahan historis.
Sekali lagi masalahnya adalah masalah pengambaran dalam arti bahwa mungkin
untuk mengidentifikasi berbagai macam peristiwa yang mempunyai konsekuen bagi
lembaga secara keseluruhan atau untuk diap dimensi pemetaan tertentu.
Masalahnya menjadi analitis segera suatu usaha dilakukan untuk mencari
penjelasan bagi stabilitas dan perubahan dengan mengemukakan dampak-dampak
tertentu dari peristiwa-peristiwa diantaranya dan segera setelah buktinya
digunakan untuk membuat peyataan. Implikasi-implikasi tindakan berhubungan
dengan identifikasi sementara dari jenis-jenis peristiwa yang mungkin dapat
mempunyai konsekuen tertentu terhadap masa depan lembaga. Tindakan melibatkan
usaha-usaha menghasilkan peristiwa yang mungkin akan memanfaatkan dan untuk
mencegah atau menghindari pristiwa yang dapat merugikan.
d.
Adanya kebutuhan untuk mengidentifikasi jenis-jenis masa
depan yang mungkin akan dihadapi lembaga secara keseluruhan dan dalam
dimensi-dimensi pemetaan yang tertentu. Masalah pengambarannya adalah masalah
untuk mengenal bahwa kombinasi-kombinassi dari jangkauan yang mungkin dari
dimensi-dimensi pemetaan dapat menghasilkan keadaan masa depan yang alternatif. Dorongan analitisnya
menyangkut identifikasi hipotesis dari tindakan-tindakan, para pelakunya,
waktunya dan tujuan yang dapat membantu untuk memulai proses-proses keda;am
satu keadaan masa depan dari pada beberapa alternatif. Tindakan perspektif
berhubungan mempengaruhi lembaga atau lembaga-lembaga diatasnya.
e.
Dalam keadaan riset yang ideal, maka langka yang sebelumnya
mengansumsi analisis masa depan yang serupa dari lembaga-lembaga dan badan-badan
yang tindakan-tindaka dan bekerjanya adalah sentral dari lembaga yang
dipelajari, dan yang karenanya kelakuan merupakan kedeterminan dari masa
depannya. Hal-hal ini khususnya mengarah ke identifikasi dari jenis-jenis
adaptasi yang mungkin harus diadakan di pihak lembaga-lembaga dan badan-badan
lainnya bila inovasi-inovasi yang diusulkan itu diperkenalkan.
f.
Adanay kebutuhan untuk mengadakan pemantauan terhadap proses
pembangunan kelembagaan sepanjang garis-garis rancang bangun, operasi-operasi
dan citra sehingga proses aktualisasi dapat diamati. Dan peta-peta waktu nol
dapat diperbaharui dalam kerangka perubahan-perubahan sekuler dan
perubahan-perubahan yang khususnya disebabkan secara sengaja atau tidak sengaja
oleh pihak-pihak lainnya. Segi deskriptif dari usaha ini berarti bahwa adalah
perlu unntuk adnya ketinggalan dengan perubahan-perubahan sementara mereka
terjadi dan bila mereka terjadi, sehingga peta-peta lembaga dalam kerangka
tidak menjadi usung pada waktu mereka degan nyata dihasilkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar