Selasa, 24 November 2015

MASALAH-MASALAH METODOLOGI DALAM RISET PEMBANGUNAN LEMBAGA




MASALAH-MASALAH METODOLOGI DALAM RISET PEMBANGUNAN LEMBAGA
                                                        

A.      PEMETAAN VARIABEL-VARIABEL
Walaupun lembaga-lembaga direncanakan sejumlah perspektif perlu di pertimbangkan.mereka dapat di bagi dalam 3 skema organisasi atau pemetaan variabel-variabel:
a)      Pemetaan rancang bangun:elaborasi terperinci bagaimana seharusnya bagaimana seharusnya lembaga yang baru dari segi pandang mereka bertanggung jawab bagi proses perencanaanya.Umpamannya,tidaklah cukup untuk mengetahui anggaran yang ada sekarang untuk mengembangkan suatu lembaga.Adalah juga penting untuk mengetahui,bagaimana uang tersebut di manfaatkan,dan berapa nilai yang di berikan oleh mereka yang mengotorisasi pengeluaran,sehingga dengan demikian dapat di peroleh kemungkinan besar bahwa dana-dana akan tersedia,bahkan sekalipun ada kekurangan di dalam sistem umumnya.
b)      Pemetaan operasi-operasi:elaborasi terperinci tentang perkembangan sebenarnnya suatu lembaga.hal ini mencakup detil-detil yang agak berbeda dari rancang bangun karena kenyataan bahwa perkembangan nyata dari suatu organisasi baru,yang di harapkan menjadi lembaga,kompromi-kompromi di buat antara tujuan-tujuan normatif yang saling bersaing.juga,informasi baru yang mungkin di temukan yang akan menyimpang dari pola gagasan ke pola yang secara realistis memungkinkan.Hal ini meliputi penelitian tentang bagaimana anggaran di keluarkan sebenarnny,yang berlawanan dengan alokasi aslinnya.
c)      Pemetaan citra:penggambaran terperinci tentang bagaimana para peserta dalam proses perkembangan lembaga memandang lembaga tersebut atau apa yang mereka pikir tentang bagaimana seharusnnya lembaga tersebut.karena mereka yang terlibat dalam perkembangan lembaga akan mencakup orang-orang dengan berbagai peranan sosial dan mewakili kelompok-kelompok kepentingan yang berbeda,maka citra-citra mereka jarang sekali,malah dalam kenyataan tidak pernah identik.Adalah bermanfaat untuk mengenal citra-citra dari para pengambil keputussan yang saling berbeda.beberapa mempunyai wewenang langsung untuk memutuskan tentang nasib lembaga tersebut secara keseluruhan.pandangan-pandangan mereka mungkin agak berbeda dari mereka yang merupakan pemimpin-pemimpin opini (opinion leaders) tanpa kekuatannya dalam proses perencanaan.citra seorang sekertaris tidak akan sama dengan citra seorang direktur tentang suatu organisasi dan misinnya.di bandingkan dengan staf,klien-klien dari lembaga yang baru akan memandangnya secara berbeda.Akhirnya,ada citra-citra dari masyarakat dan pendapat masyarakat yang mungkin akan mempunyai sedikit pengaruh terhadap apa yang terjadi.
d)     Adanya perspektif-perspektif ganda dari suatu rencana di dalam proses yang sedang direncanakan adalah sesuatu yang perlu diantisipasi.Bila hal ini terjadi,kecil kemungkinannya bahwa informasi yang penting dan yang di perlukan akan di abaikan bila ia dapat mempengaruhi cara berkembangnya lembaga tersebut.Ada dua jenis pengamatan pemantauan:yakni yang reguler dan khusus.Pemantauan reguler menyiratkan pengertian bahwa pada interval-interval tertentu rencana-rencana tersebut di nilai kembali dala kerangkanya yang baru,dan karena memungkinkan penilaianya relatif terhadap pemetaan-pemetaan yangdi peroleh sebelumnya dan penilaian dari kemungkinan alasan-alasan bagi pergeseran-pergeseran yang mungkin telah di catat.
e)      Di pihak lain, diinginkan adanya ketentuan-ketentuan  bagi pemantauan atas dasar khusus. Hal ini mengansumsi suatu kemampuan riset untuk memeta kembali lembaga pada waktu-waktu yang di perlukan karena adanya krisis, keadaan darurat, atau konsekuensi-konsekuensi yang tidak di perkirakan yang menurut sang penyelidik mempunyai pengaruh langsung melalui lingkungan lembaga . Revolusi-revolusi, pergolakan, bencana-bencana alam adalah contoh-contoh baik baik dari keadaan-keadaan yang menuntut di adakannya penilaian kembali atas dasar “sesuai dengan keperluan “ daripada menanti interval reguler yang telah dimasukan bagi pemanatauan yang sedang berjalan.
B.       DIMESI WAKTU
Dalam riset pembangunan lembaga, waktu adalah variabel yang kritis. Bila suatu lembaga dipetakan sepanjang garis-garis rancang bangun, operasi dan citra, dari suatu waktu tertentu, maka penggambarannya dikembangkan sejak waktu nol. Memang ada waktu yang mendahului keadaan-keadaan sekarang dan adapula keadaan-keadaan yang mendahului. Secara sederhana, keadaan historis dari kerangka acuan ini secara sederhana melibatkat gagasan untuk memetakan lembaga dalam kerangkanya pada waktu-waktu sebelumnya atau sepanjang kurun waktu sebelumnya, mungkin dari sejak awal mulanya. Jenis perspektif ini adalah sangat relevan dalam arti bahwa masa lampau, bagaimanapun juga, telah menghasilkan masa sekarang. Melalui masa sekarang, yakni waktu nol, ia membatasi masa depan.
Dalam kerangka ini, permasalahan ini dengan masa depan mempunyai dua arti utama. berhubungan dengan memperkiraan (guesstimating), memprakirakan (forecasting), atau meramalkan (predicting) masa depan.
a.       Memperkirakan (guesstimating) pada dasarnya adalah penafsiran subjektif dari informasi dan penerapannya ke keadaan-keadaan yang belum ada. Pada waktu perkiraan (guesstimate) dibuat, keandalan dan keabsahan konklusi-konklusinya tidak diketahui.
b.      Prakiraan dapat dilaksanakan bila kami menerima asumsi-asumsi di dalam data dari mereka yang mengadakan prakiraan tersebut;
c.       Meramalkan (guesstimate) dapat dilaksanakan dan adalah sah, sekurang-kurangnya dalam batas-batas kesalahan yang mungkin terjadi dan tertentu dari ramalan (prediction) tersebut.
Waktu adalah variabel analitis yang esensial bagi pemerataan. Lembaga-lembaga berubah dan berkembang dengan waktu, dan dalam daur hidupnya mencapai berbagai tahap. Seringkali ketentuan-ketentuan bagi perubahan-perubahan tersebut, seperti umpamanya memasuki unsur-unsur baru atau menghapus beberapa unsur, telah dimasukkan dalam rancang bangun lembaga itu sendiri. Rencananya dapat mengadakan ketentuan-ketentuan eksplisit mengenai pola pertumbuhan dari lembaga, atau perubahan-perubahan yang berhubungan dengan waktu, yang berhubungan dengan lembaga-lembaga lain. Semua itu di tujukan untuk:
a.       Menyerap tujuan-tujuan baru
b.      Menggeser dari tujuan-tujuan yang sekarang ke yang lain
c.        Memperbesar dasar sumber dayanya
d.      Menambah pegawainya
e.       Menambah kemampuan dan harapan keluarannya.
Jadi rancang bangun merupakan proses perkembangan yang terus menerus.
C.      DIMENSI-DIMENSI PEMETAAN
Pertama, adanya dokrin kelembagaan. Dapat dikatakan hal ini mencakup:
a.       Tujuan operasional
b.      Tujuan sosial yang melayani oleh tujuan-tujuan operasional
c.       Metode-metode operasi sebagai spesifikasi dari cara-cara dengan mana tujuan tersebut harus dicapai kapan dan bagaimana  seringnya
d.      Pembenaran hubungan nilai dari lembaga yang berhubungan dengan keinginan atau tujuan manusia secara keseluruhan yyang menempatkan lembaga dalam kerangka aspirasi kemanusiaan yang luas.
Kedua, biasanya ada tema-tema kelembagaan, yang mencakup pertimbangan dari segi-segi seperti:
a.       Penerjemahan dari dokrin kelembagaan kedalam selogan-selogan yang dengan mudah dapat dimengerti yang merupakan peryataan-peryataan tentang tujuan-tujuan sederhana.
b.      Lambang-lambang kelembagaan yang mewakili usaha secara keseluruhan.
Ketiga, ada kepemimpinan. Ada dua jenis pemimpin yaitu:
a.       printis-printis- yakni mereka yang secara aktif terlibat dalam perumusan program dari lembaga.
b.      Pelaksana-pelaksana, yakni mereka yang mengarahkan operasi dari lembaganya.
Pemimpin-pemimpin ini selanjutnya dapat dijelaskan atas dasar asal usul mereka dalam struktur sosial, sifat-sifat mereka, maupun hasil-hasil yang telah dicapai pengetahuan dan ketrampilan.
Pemimpin adalah orang-orang yang mempunyai motivasi dan aspirasi tertentu, seperti upamanya keinginan untuk melayani, memperoleh kekuasaan, untuk memperoleh kekayaan, untuk ikut menolong lembaga, untuk mendapatkan pengungkapan diri, untuk dapat melepaskan dari keadaan-keadaan yang tak diinginkan atau bersifat mengancam.
Keempat, ada pegawai-pegawai, yang secara konseptual lebih luas dari kepemimpinan.wewenang yang mereka pegang sebagai pegawai terbatas pada pelaksanaan dan tugas-tugas spesifik dan biasanya berulang. Pegawai dalam suatu lembaga mempunyai sifat-sifat seperti:
a.       Besarnya yang diukur secara numerik atau angka dan dalam biaya anggaran.
b.      Berbagai macam ketrampilan dan campuran pendidikan, jumlah relatif dari pegawai profesional, semi profesional, pekerja kantor dan lainnya.
c.       Campuran dan peranan-peranan dan cara dengan mana pelaksanaan mereka berhubungan dalam ruang, waktu, dan fungsi operasional dalam lembaga.
Kelima, ada sumber-sumber daya. Meliputi:
a.       Uang dan bentuk anggaran atau bentuk keuangan lainnya
b.      Pabrik fisik
c.       Peralatan ( yang dapat digunakan kembali)
d.      Persediaan (yang berkurang karena digunakan)
e.       Bahan-bahan
f.       Fasilitas lainnya
Dalam arti tertentu, konsep sumber daya mengambarkan kekayaan-kekayaan lembaga yang ada serta penyebarannya. Jenis-jenis masalah yang dapat timbul dalam hal ini dicontohkan dengan pertimbangan faktor penggunaan daari tiap sumberdaya, pertimbangan dari hidup berguna tiap sumber daya yang dipertimbangkan untuk daur-daur penggantian atau daur-daur tambahan.
Keenam, organisasi adalah jaringan peranan-peranan sosial dimana masing-masing dinyatakan secara normatif, dengan cara sedemikian rupa sehingga keseluruhan pembagian kerja menghasilkan usaha terpusat yang efisien ke arah tujuan-tujuan lembaga. Organisasi bisa digambarkan dengan:
a.       Derajat otonomi dari wewenang mereka yang berada diluar sistem sanksi kelembagaan.
b.      Lapisan-lapisan hirarki
c.       Derajat sentralisasi dan fungsi-fungsi keputusan
d.      Derajat pemusatan
e.       Jenis-jenis pembagian fungsional atau administratif
f.       Garis-garis pemerintah melalui mana petunjuk-petunjuk yang dikeluarkan
g.      Garis-garis staf melalui mana petunjuk-petunjuk dilaksanakan dan pelaksanaanya dilaporkan
h.      Garis-garis pengendalian yang menetapkan umpan balik tentang pola dari petunjuk-petunjuk pelaksanaan dan kesulitan-kesulitan dalam pelaksanaan
Fungsi-fungsi pengendalian meliputi penentuan penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan dan juga ketentuan-ketentuan eksplisit bagi sanksi-sanksi yang harus diterapkan sekitar terjadi peyimpangan-penyimpangan atau dalam hal terjadi pelaksanaan yang baik sekalai.
Ketujuah, ada kaitan-kaitan lembaga perorangan dan badn-badan yang mempunyai wewenag terhadapnya. Milton Esman meyebutkan kaitan-kaitan yang memungkinkan. Kaitan-kaitan ini khususa berkisar tentang masalah-masalah :
a.       Apakah lembaga tersebut akan didirikan atau dipertahankan sesudah didirikan.
b.      Jenis-jenis sumber daya apa, kapan, dan bagaimana, akan diterima secara sah dan dari siapa.
Karenanya, kaitan-kaitan yang memungkinkan ini menghubungkan lembaga ke badan-badan atau orang-orang yang membawahinya. Karenanya, jenis lembaga-lembaga ini pada dirinya sendiri adalah titik pusat analisis bila kita ingin mengerti suatu lembaga yang menghubungkan dalam arti yang memungkinkan. hal Ini demikian adanya karena lembaga bertanggung jawab.
Kedelapan, ada kaitan-kaitan fungsional yang menghubungkan lembaga dengan lembaga-lembaga yang menyediakannya dukungan atau yang secara sah menantikan dukungan dirinya. Secara prinsip hal ini berarti bahwa biasanya ada lembaga-lembaga lain yang:
a.       Menyediakan beberapa, malah mungkin seluruh, masukan kepada lembaga tertentu
b.      Menantikan beberapa mungkin seluruh, keluaran-keluaran dari lembaga-lembaga tersebut tadi
c.       Membatasi, umpamanya dengan bersaing bagi kepemimpinan yang sama, jenis pegawai yang sama, sumber-sumber yang sama atau dengan bersaing untuk memenuhi fungsi atau peranan yang sama.
Dari segi pandangan ini, adalah penting untuk dipertimbangkan sifat terpusatnya berbagai anat hubungan-hubungan fungsional dari lembaga dengan lembaga-lembaga lainnya.
Kesembilan,  adanya kaitan-kaitan normatif. Kaitan-kaitan ini adalah kendala-kendala ideologis dan etis. Tetapi mereka juga adalah bagian dari masalah kelembagaan. Dokrin lembaga dari ketentuan-ketentuan ormatif yang lainnya secara eksklusif atau implisit berhubungan dengan nilai-nilai sosial yang utama. Tetapi nilai-nilai ini adalah biasanya yang terlembaga dibidang kehidupan sosial lainnya, seperti umpanya agama dan politik. Karenanya adalah penting untuk mempertimbangkan sekurang-kurangnya:
a.       Kebiasaan-kebiasaan mana, bagaimana, dan dimana dilembagakan, mempengaruhi nilai-nilai yang dimiliki oleh lembaga.
b.      Adat istiadat mana, bagaimana dan kapan dilembagakan, mempunyai pengaruh terhadap nilai-nilai yang dimiliki oleh lembaga
c.       Undang-undang mana berpengaruh terhadap nilai-nilai ynag dimiliki lembaga. Karena masalah-masalah sentral berhubungan dengan kecocokan nilai-nilai kelembagaan dengan kebiasaan, adat istiadat dan undang-undang.
Kesepuluh, adanya kaitan-kaitan tersebar yang lainnya. Mereka berhubungan dengan perlawanan umum atau dukungan dalam badan politik masyarakat atau badan-badan yang secara memungkinkan, fungional atau  normatif tidak berhubungan dengan lembaga. Secara sederhana, pertanyaan-pertanyaan yang megidentifikasi mungkin maslah adalah:
a.       Apakah yang merupakan sumber-sumber oposisi dan mengapa?
b.      Apakah yang merupakan sumber-sumber dukungan dan mengapa?
Dalam cara yang lebihcanggih, seorang dapat prihatin mengenai hasil guna yang dimiliki sumber-sumber oposisi pada waktu tertentu atau sepanjang waktu dan seorang demikian pula dapat tertarik untuk mengetahui apakah yang dilakukan oleh sumber-sumber dukungan pada waktu tertentu atau selama jalannya waktu.
D.      PENGGUNAAN-PENGGUNAAN PEMETAAN
Jenis-jenis pemetaan apakah yang telah kami bicarakan? Yang telah diidentifikasi adalah sepuluh kelompok masalah konseptual:
a.       Doktrin kelembagaan
b.      Tema-tema kelembagaan
c.       Kepemimpinan kelembagaan
d.      Karyawan-karyawan kelembagaan
e.       Sumber-sumber daya kelembagaan
f.       Organisasi kelembagaan
g.      Kaitan-kaitan yang memungkinkan
h.      Kaitan-kaitan fungsional
i.        Kaitan-kaitan normatif
j.        Kaitan-kaitan terbesar
Bagi masing-masing konsep ini, peta rancangan bangunan yang dibayangkan akan mengandung jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan khusus; dan dalam kaitannya akan mengandung jawaban-jawaban bagi lebih banyak pertanyaan yang tidak dikemukakan dalam naskah ini, tetapi yang seterusnya dapat diturunkan darinya. Demikian pula, peta operasi mngidentifikasi bekerjanyatanyadari lembaga sepanjang poros utama dan komponen-komponen tiap poros. Akhirnya, peta-peta citra mengandung informasi yang sama seperti yang dikumpulkan dari mereka yang mengandung lembaga dari berbagai segi pandangan.
Penjelasan-penjelasan dari perbedaan-perbedaan anatara hasil-hasil yang diinginkan dan yang nyata (atau keluaran-keluaran), memerlukan identifikasi dari bidang-bidang dimana peta-peta tersebut tidak saling bertemu. Inkonsistensi-inkonsistensinya mungkin meliputi:
a.       Yang bersifat intern dalam rancang bangunan, seperti umpamanya bila terlalu banyak dituntut dari berbagai orang dalam waktu yang terlalu pendek; atau bila bidang-bidang yang tumpang-tindih di dalam organisasi akhirnya mengakibatkan bahwa tidak ada seorang pun mengerjakan tugas yang diperlukan atau melakukannya dengan kurang tepat atau cepat.
b.      Inkonsistensi mungkin dikarenakan adanya perbedaan-perbedaan antara operasi-operasi dan rancangan-bangunannya, karena rancangan-bangunannya tidak diketahui atau disalah mengerti, atau karena kelakuan nyata menyimpang darinya dengan sengaja atau karena kelalaian.
c.        Inkonsistensi dapat disebabkan karena adanya perbedaan-perbedaan diantara citra-citra dan rancangan bangun, sejauh orang-orang bertindak atas dasar keadaan-keadaan yang telah mereka rumuskan, hasilnya adalah tidak mrngikuti ketentuan-ketentuan rancangan bangunan yang sebenarnya sudah memadai.
d.      Inkonsistensi dapat disebabkan karena adanya perbedaan-perbedaan diantara apa yang sedang terjadi (operasi-operasi) dan citra-citra yang sedemikian rupa, sehingga kesulitan-kesulitan diantara keduanya itu membuat pelaksanaan membuat pelaksanaan dari tujuan-tujuan lembaga menjadi lebih sulit atau bahkan tidak mungkin.
e.       Inkonsistensi dapat terjadi karena adanya perbedaan-perbedaan anatara rancang bangunan, operasi-operasi dan citra-citra yang sedemikian rupa sehingga apa yang diharapkan tidaklah sesuai dengan apa yang terjadi; dan baik apa yang diharapkan maupun apa yang sedang terjadi ditangkap dengan benar.
Ini adalah pejelasan-penjelasan pada satu tingkat analisis; mereka tidak sepenuhnya menunjuk sumber-sumber dari kesulitan-kesulitan. Tetapi mereka memberi petunjuk tentang kategori kesulitan, khususnya bila dimensi-dimensi ini dikombinasi dengan porors-poros masalah khusus sepanjang mana pemetaan akan dilakukan.
Bahkan penjelasan-penjelasan ini, walaupun agak non-spesifik dapat mencukupi untuk menemui kelompok-kelompok kelakuan yang mungkin dapat membantu untuk memperbaiki keadaannya. Umpamanya, sekiranya inkonsistensi-inkonsistensinya adalah sifat intern dari rancang bangun, orang akan tergoda mempertimbangkan untuk merancang kembali lebaganya dan menyesuaikan bidang-bidang dimana telah terjadi inkonsistensi dan konflik tersebut. Bila perbedan diantara operasi-operasi dan rancang bangunditemui, beberapa modifikasi posedural atau organisasi agaknya perlu dilakukan. Bila terdapat konflik antara citra-citra dan rancang bangun, penerangan atau persuasi mungkin sekali akan membawa struktur citra kedalam kecocokan yang makin besar dengan norma-norma kelembagaan. Bila operasi-operasi berbeda dari citra-citra mungkin perlu untuk mempertimbangkan pemecahan-pemecahan sepanjang tingkat-tingkat pendidikan dan oganisasi: kedua-duanya agaknya akan diperlukan terkecuali bagi keadaan-keadaan khusus yang saat ini tidak akan kami bahas. Bila ada perbedaan-perbedaan diantara ketiga peta, maka hal ini sebagian besar akan tergantung dari distribusi dari citra-citra dan pada tingkat perbaedaan di antara operasi-operasi dan rancang bangun, apakah tekanannya harus diletakkan pada mendidik bagian-bagian masyarakat yang relevan (dan karenanya diharapkan akan lebih mendekati citra-citra rancang bangun dan perubahan) atau menyesuaikan rancang bangunnya (seperti umpamanya mengorganisasi kembali untuk membawa operasi-operasi lebih sesuai dengan rancang bangun dan karenanya mempengaruhi citra-citra).
Di sini tiap persoalan tersebut hanya disinggung. Tiap persoalan merupakan bidang riset utama dan masing-masing sangatlah menarik. Maksud dari makalah ini bersifat mengusulkan dari pada menjelaskan sepenuhnya. Dalam rangka ini, usul-usul di atas pun mengenai jenis-jenis pemecahan hanyalah merupakan garis-garis pemikiran indikatif. Bila tidak, kami akan melemahkan tekanan kami sendiri pada riset untuk mempertimbangkan pemecahan-pemecahan alternatif, untuk mempelajari kelayakan, hasil guna dan hasil guna baiayanya.

E.       KERANGKA RISET: SUATU RINGKASAN
Dalam pengertian rancangan riset, apakah yang kemudian muncul dari pertimbangan-pertimbangan? Yang berikut ini merupakan ringkassan dari hal-hal yang utama:
a.       Ada suatu kebutuhan untuk menghasilkan peta-peta rancang bangun, operasi-operasi dan citra dari lembaga pada suatu titik waktu nol, yakni sekarang. Masalahnya adalah masalah pengambaran sejauh hal ini diperlukan untuk mengembangkan peta-peta yang demikian itu dengan cara yang sistematis. Pelaksanaan pemetaan minimum harus mencakup dimensi-dimensi dokrin, tema-tema, kepemimpinan, pegawai, organisasi, sumber-sumberdaya, kaitan-kaitan yang memungkinkan, fungsional, normatif, dan yang tersebar. Dalam hal ini masalah analitis bersangkutan denganmeletakan peta-peta diatas satu sama laindalam usaha megidentifikasi sumber-sumber dari kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan lembaga yang terdapat didalam perbedaan-perbedaan diantara peta rancang bangun, operasi-operasi dan citra dalam masing-masing dimensinya. Masalahnya berhubungan dengan tindakan segera, dengan adanya analisis yang demikian itu, suatu usaha bersama diadakan untuk mengidentifikasi pemecahan-pemecahan yang akan membawah peta-peta tersebut ke keserasian yang lebih baik dengan satu sama lain.
b.      Adanya keperluan untuk mengembangkan peta-peta rancang bangun, operasi-operasi dan citra sejauh hal ini dilaksanakan,, dalam tahap sebelumnya dari lembaga. Sehubung dengan ini, dorongan deskriptifnya bertalian dengan usaha untuk menghasilkan peta-peta massa lalu dengan cara  akan membuat mereka langsung cocok dengan pemetaan waktu nol.
c.       Adanya kebutuhan untuk mempertimbangkan jenis-jenis keadaan atas peristiwa yang mungkin merupakan sebab stabilitas atu perubahan historis. Sekali lagi masalahnya adalah masalah pengambaran dalam arti bahwa mungkin untuk mengidentifikasi berbagai macam peristiwa yang mempunyai konsekuen bagi lembaga secara keseluruhan atau untuk diap dimensi pemetaan tertentu. Masalahnya menjadi analitis segera suatu usaha dilakukan untuk mencari penjelasan bagi stabilitas dan perubahan dengan mengemukakan dampak-dampak tertentu dari peristiwa-peristiwa diantaranya dan segera setelah buktinya digunakan untuk membuat peyataan. Implikasi-implikasi tindakan berhubungan dengan identifikasi sementara dari jenis-jenis peristiwa yang mungkin dapat mempunyai konsekuen tertentu terhadap masa depan lembaga. Tindakan melibatkan usaha-usaha menghasilkan peristiwa yang mungkin akan memanfaatkan dan untuk mencegah atau menghindari pristiwa yang dapat merugikan.
d.      Adanya kebutuhan untuk mengidentifikasi jenis-jenis masa depan yang mungkin akan dihadapi lembaga secara keseluruhan dan dalam dimensi-dimensi pemetaan yang tertentu. Masalah pengambarannya adalah masalah untuk mengenal bahwa kombinasi-kombinassi dari jangkauan yang mungkin dari dimensi-dimensi pemetaan dapat menghasilkan keadaan masa depan  yang alternatif. Dorongan analitisnya menyangkut identifikasi hipotesis dari tindakan-tindakan, para pelakunya, waktunya dan tujuan yang dapat membantu untuk memulai proses-proses keda;am satu keadaan masa depan dari pada beberapa alternatif. Tindakan perspektif berhubungan mempengaruhi lembaga atau lembaga-lembaga diatasnya.
e.       Dalam keadaan riset yang ideal, maka langka yang sebelumnya mengansumsi analisis masa depan yang serupa dari lembaga-lembaga dan badan-badan yang tindakan-tindaka dan bekerjanya adalah sentral dari lembaga yang dipelajari, dan yang karenanya kelakuan merupakan kedeterminan dari masa depannya. Hal-hal ini khususnya mengarah ke identifikasi dari jenis-jenis adaptasi yang mungkin harus diadakan di pihak lembaga-lembaga dan badan-badan lainnya bila inovasi-inovasi yang diusulkan itu diperkenalkan.
f.       Adanay kebutuhan untuk mengadakan pemantauan terhadap proses pembangunan kelembagaan sepanjang garis-garis rancang bangun, operasi-operasi dan citra sehingga proses aktualisasi dapat diamati. Dan peta-peta waktu nol dapat diperbaharui dalam kerangka perubahan-perubahan sekuler dan perubahan-perubahan yang khususnya disebabkan secara sengaja atau tidak sengaja oleh pihak-pihak lainnya. Segi deskriptif dari usaha ini berarti bahwa adalah perlu unntuk adnya ketinggalan dengan perubahan-perubahan sementara mereka terjadi dan bila mereka terjadi, sehingga peta-peta lembaga dalam kerangka tidak menjadi usung pada waktu mereka degan nyata dihasilkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar