MAKALAH
ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK
MODEL
DAN TIPE EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kelompok panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat-Nya sehingga
kelompok dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Model dan Tipe Evaluasi Kebijakan’’.
Kelompok
menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka itu kelompok
mengharapkan kritik, saran dan pendapat dari pembaca guna perbaikan yang lebih
baik di masa yang akan datang.
Akhir
kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca. Terima kasih.
Kupang,
21 April 2015
Kelompok
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
..................................................................................
i
|
DAFTAR ISI
................................................................................................ ii
|
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang ......................................................................................
1
B.
Rumusan Masalah
.................................................................................
2
C.
Tujuan Penulisan ..................................................................................
2
|
BAB II PEMBAHASAN
A.
Evaluasi Kebijakan Publik
.................................................................... 3
B.
Model Evaluasi Kebijakan Publik
........................................................ 7
C.
Tipe Evaluasi Kebijakan Publik
........................................................... 11
|
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
..........................................................................................
13
B.
Saran
..................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ......................................................../....................... 15
|
|
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Evaluasi
adalah kegiatan untuk menilai tingkat kinerja suatu kebijakan. Dengan demikian studi evaluasi kebijakan merupakan
suatu analisis yang bersifat evaluatif sehingga konsekuensinya lebih
restrospeksi dibandingkan prospeksi. Dan dalam mengevaluasi seorang analis
berusaha mengidentifikasi efek yang semula direncanakan untuk merealisir suatu
keberhasilan dan dampak apa yang ditimbulkan dari akibat suatu kebijakan.
Evaluasi
baru dapat dilakukan kalau suatu kebijakan sudah berjalan cukup waktu. Memang
tidak ada batasan waktu yang pasti kapan sebuah kebijakan harus di evakuasi.
Untuk dapat mengetahui outcome , dan dampak suatu
kebijakan sudah tentu diperlukan waktu
tertentu, misalnya, 5 tahun semenjak kebijakan itu diimplementasikan. Sebab
kalau evaluasi dilakukan terlalu dini, maka outcome
dan dampak dari suatu kebijakan belum tampak. Semakin strategis suatu
kebijakan, maka diperlukan tenggang waktu yang lebih panjang untuk melakukan
evaluasi. Sebaiknya, semakin teknis sifat dari suatu kebijakan atau program, maka
evaluasi dapat dilakukan dalam kurun waktu yang relatif lebih cepat semenjak diterapkannya
kebijakan yang bersangkutan. Sebagai contoh, untuk melakukan evaluasi terhadap
implementasi undang-undang No.23 tahun
2004 tentang Otonomi Daerah, baru dapat
dilakukan pada tahun ke-4 atau ke-5
sebab pada tahun pertama baru tahap sosialisasi, tahun kedua masuk tahap
penciptaan sebagai peraturan pemerintah untuk mendukung sebagai pelaksanaan
pasal-pasal dalam undang-undang yang bersangkutan, tahun ketiga baru mulai di
implemetasikan. Tahun keempat dan kelima baru dapat di ketahui outcome dan dampaknya dari
implementasi undang-undang tersebut. Sebaiknya,
terhadap peraturan-peraturan yang kurang strategis, dan lebih bersifat teknis,
misalnya peraturan pemakaian helm bagi pengendara sepeda motor, evaluasi dapat
dilakukan pada tahun kedua atau ketiga. Pada tahun kedua sudah bisa diketahui
berapa persen dari pengendara sepeda motor yang memakai helm, dan seperti apa
dampaknya terhadap jumlah kecelakaan lalu lintas, apakah jumlah korban
kecelakaan lalu lintas bagi pengendara sepeda motor semakin turun dibandingkan
dengan sebelum ada peraturan pemakaian helm.
B.
RUMUSAN MASALAH
Adapun
masalah yang dirumuskan di dalam makalah ini antara lain:
1. Bagaimana
model-model evaluasi kebijakan?
2. Apa
saja tipe-tipe evaluasi kebijakan?
C.
TUJUAN PENULISAN
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui dan
mempelajari tentang Model-Model dan Tipe-tipe Evaluasi Kebijakan
BAB II
PEMBAHASAN
A. EVALUASI
KEBIJAKAN PUBLIK
Dalam
mengevaluasi suatu kebijakan, terdapat 3 (tiga) aspek yaitu :
- Aspek perumusan kebijakan, pada aspek ini analis berusaha mencari jawaban bagaimana kebijakan tersebut dirumuskan, siapa yang paling berperan dan untuk siapa kebijakan tersebut dibuat.
- Aspek implementasi kebijakan, pada aspek ini analis berusaha untuk mencari jawaban bagaimana kebijakan tersebut dilaksanakan, apa faktor-faktor yang mempengaruhinya dan bagaimana performance dari kebijakan tersebut. Aspek ini merupakan proses lanjutan dari tahap formulasi kebijakan. Pada tahap formulasi ditetapkan strategi dan tujuan-tujuan kebijakan sedangkan pada tahap implementasi kebijakan , tindakan (action) diselenggaran dalam mencapai tujuan.
- Aspek evaluasi, pada aspek ini analis berusaha untuk mengetahui apa dampak yang ditimbulkan oleh suatu tindakan kebijakan, baik dampak yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan.
Evaluasi memiliki beberapa tujuan
yang dapat dirinci sebagai berikut:
a.
Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan. Melalui
evaluasi maka dapat diketahui derajat pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan.
b.
Mengukur tingkat efisiensi suatu kebijakan. Dengan
evaluasi juga dapat diketahui berapa biaya dan manfaat dari suatu kebijakan.
c.
Mengukur tingkat keluaran (outcome) suatu kebijakan.
d.
Mengukur dampak suatu kebijakan.
e.
Untuk mengetahui apabila ada penyimpangan.
f.
Sebagai bahan masukan atau input untuk kebijakan yang akan datang.
B. MODEL
EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK
Model digunakan karena adanya eksistensi masalah
publik yang kompleks. Model sebagai pengganti kenyataan. A model is an abstraction of reality (Quade). Model adalah
representasi sederhana mengenai aspek-aspek yang terpilih dari suatu kondisi
masalah yang disusun untuk tujuan tertentu (Dunn). Model kebijakan dinyatakan dalam
bentuk konsep/teori, diagram, grafik atau persamaan matematis. Setiap model
memiliki fokus yang berbeda tentang kondisi politik dan membantu memahami
berbagai perbedaan tentang kebijakan publik.
1. Model Institusional atau Kelembagaan (Policy As Institutional Activity)
Hubungan kebijakan
publik dengan institusi pemerintah sangat dekat. Suatu kebijakan tidak akan
menjadi kebijakan publik kecuali jika diformulasi, implementasi & di-“enforced” oleh lembaga pemerintah.
Thomas Dye
mengatakan bahwa lembaga pemerintahan memberikan kebijakan publik tiga ciri
utama:
1)
Legitimasi
2)
Universalitas
3) Paksaan.
Kebijakan
publik adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh lembaga pemerintah seperti
Legislatif, Eksekutif, Judikatif, Pemerintah Daerah, dan sebagainya. Masyarakat harus patuh karena ada Legitimasi Politik dan berhak memaksakan
kebijakan publik tersebut. Kebijakan publik diputuskan dan dilaksanakan oleh
institusi pemerintah. Undang-undang menetapkan struktur kelembagaan negara
dalam pembuatan kebijakan. Pembagian kekuasaan, checks and balances, otonomi daerah memberikan nuansa pada kebijakan
publik.
2. Model Proses (Siklus Kebijakan Publik)
Aktivitas
politik dilakukan melalui kelompok yang memiliki hubungan dengan kebijakan
publik – hasilnya adalah suatu proses kebijakan yang berisi:
–
Identifikasi/pengenalan Masalah
–
Perumusan Agenda
–
Formulasi Kebijakan
–
Adopsi Kebijakan
–
Implementasi Kebijakan
–
Evaluasi Kebijakan
3. Model Kelompok
Model
kelompok merupakan abstraksi dari proses pembuatan kebijakan yang dimana
beberapa kelompok kepentingan berusaha untuk mempengaruhi isi dan bentuk
kebijakan secara interaktif. Dengan demikian pembuatan kebijakan terlihat sebagai
upaya untuk menanggapi tuntutan dari berbagai kelompok kepentingan dengan cara bargaining, negoisasi dan kompromi.
4. Model Elit
Model ini
merupakan abstraksi dr suatu pembuatan kebijakan publik yang identik dengan
perspektif elite politik. Terdapat dua lapisan kelompok sosial, yaitu:
a.
lapisan atas dengan jumlah sangat kecil (elit) yang
selalu mengatur
b. lapisan
bawah (mass) dengan jumlah yang sangat besar sebagai yang diatur, kebijakan
publik mencerminkan kehendak atau nilai-nilai elit yang berkuasa.
Isu kebijakan
yang akan masuk agenda perumusan kebijakan merupakan kesepakatan dan juga hasil
konflik yang terjadi di antara elit politik sendiri.
5. Model Rasional
Kebijakan rasional
diartikan sebagai kebijakan yang mampu mencapai keuntungan sosial tertinggi.
Hasil kebijakan harus memberikan keuntungan bagi masyarakat yang telah membayar
lebih, dan pemerintah mencegah kebijakan bila biaya melebihi manfaatnya. Banyak
kendala rasionalitas, dan model menolong untuk mengidentifikasinya. Karakteristik
rasionalitas sangat banyak dan bervariasi. Untuk memilih kebijakan
rasional, pembuat kebijakan harus:
a.
mengetahui semua keinginan masyarakat dan bobotnya
b.
mengetahui semua alternatif yang tersedia
c.
mengetahui semua konsekuensi alternatif
d.
menghitung rasio pencapaian nilai sosial pada setiap
alternatif
e.
memilih alternatif kebijakan yang paling efisien.
Asumsi
rasionalitas adalah preferensi masyarakat harus dapat diketahui dan dinilai/bobot.
Harus diketahui nilai-nilai masyarakat secara komprehensif. Informasi alternatif
dan kemampuan menghitung secara akurat tentang rasio biaya & manfaat.
Aplikasi sistem pengampilan keputusan. Pada dasarnya nilai dan
kecenderungan yang berkembang dalam masyarakat tidak dapat terdeteksi secara
menyeluruh, sehingga menyulitkan bagi pembuat kebijakan untuk menentukan arah
kebijakan yang akan dibuat.
Contohnya: Rasionalkah
melarang becak beroperasi di gang-gang di Jakarta? Bagaimanakah membandingkan
antara korban ekonomis tukang becak dan keluarganya – maupun masyarakat
penerima jasa becak yang akhirnya mengalami kesulitan mencari sarana
transportasi –dengan nilai keindahan kota Jakarta
6. Model Inkremental (Policy As Variations On The Past)
Charles
Lindblom: Public Policy as a continuation
of past government activities with only incremental modifications (merupakan
kritik pada model rasional). Para pembuat kebijakan pada dasarnya tidak mau
melakukan peninjauan secara konsisten terhadap seluruh kebijakan yang dibuatnya
dan lebih suka berbuat secara inkremental karena:
a. Tidak punya
waktu, intelektualitas, maupun biaya untuk penelitian terhadap nilai-nilai
sosial masyarakat yang merupakan landasan bagi perumusan tujuan kebijakan.
b. Adanya
kekhawatiran tentang bakal munculnya dampak yang tidak diinginkan sebagai
akibat dari kebijakan yang belum pernah dibuat sebelumnya.
c. Adanya
hasil-hasil program dari kebijakan sebelumnya yang harus dipertahankan demi
kepentingan tertentu.
d. Menghindari
konflik jika harus melakukan proses negosiasi yang melelahkan bagi kebijakan
baru
7. Model Pilihan Publik
Perdebatan
berikutnya adalah “kapan opini publik seharusnya menjadi faktor penentu
terpenting yang sangat berpengaruh pd kebijakan publik?”. Seharusnya ada
keterkaitan antara opini publik dengan kebijakan publik (Opinion-Policy
Linkage).
8.
Model Sistem
Pendekatan
sistem diperkenalkan oleh David Easton yang melakukan analogi dengan sistem
biologi. Pada dasarnya sistem biologi merupakan proses interaksi antara
organisme dengan lingkungannya, yang akhirnya menciptakan kelangsungan da nperubahan
hidup yang relatif stabil. Ini kemudian dianalogikan dengan kehidupan sistem
politik. Pada dasarnya terdapat tiga komponen utama dalam pendekatan sistem,
yaitu input, proses, output. Nilai utama model sistem terhadap analisis
kebijakan, adalah:
a.
Apa dimensi lingkungan yang menghasilkan permintaan dalam
sistem politik?
b.
Apa karakteristik sistem politik yang dapat merubah
permintaan menjadi kebijakan publik memuaskan dari waktu ke waktu?
c.
Bagaimana input lingkungan berdampak pada
karakteristik sistem politik?
d.
Bagaimana karakteristik sistem politik berdampak pada
isi kebijakan publik?
e.
Bagaimana input lingkungan berdampak pada isi
kebijakan publik?
f.
Bagaimana kebijakan publi berdampak, melalui umpan
balik, pada lingkungan?
C. TIPE-TIPE
EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK
James Anderson membagi evaluasi kebijakan ke dalam
tiga tipe, antara lain:
1.
Evaluasi kebijakan dipahami sebagai kegiatan
fungsional. Menyangkut prihal kepentingan (interest) dan ideologi dari
kebijakan.
2.
Evaluasi yang memfokuskan diri pada bekerjanya
kebijakan atau program-program tertentu.
3.
Evaluasi kebijakan sistematis. Melihat secara obyektif
program–program kebijakan yang dijalankan untuk mengukur dampaknya bagi
masyarakat dan melihat sejauh mana tujuan-tujuan yang telah dinyatakan tersebut
dicapai. Menjawab kontribusi dampak dalam menjawab kebutuhan masyarakat.
Sedangkan menurut W.N. Dunn, terdapat 5 tipe evaluasi
kebijakan publik, antara lain:
a.
Model Deskriptif
Menjelaskan atau memprediksi sebab atau konsekuensi pilihan kebijakan,
contohnya model indikator sosial
b.
Model Normatif
menjelaskan, memprediksi, merekomendasi optimalisasi usaha. Contohnya model
antrian, model biaya-manfaat dan lain-lain
c.
Model Verbal
ekspresi deskriptif dan normatif, berupa verbal, simbol, dan prosedural; menggunakan
bahasa sehari-hari dan nalar dalam beberapa argumen nilai
d.
Model Simbolis
Menggunakan simbol matematis utk menerangkan hubungan, data aktual.
Contohnya Y=a+bX
e.
Model Prosedural
menggunakan prosedur simulasi, teori pembuatan keputusan (penentuan
alternatif), data asumsi (relatif/bobot). Contohnya diagram keputusan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Evaluasi memiliki beberapa tujuan
yaitu enentukan tingkat kinerja suatu kebijakan, mengukur tingkat efisiensi
suatu kebijakan, mengukur tingkat keluaran (outcome)
suatu kebijakan, mengukur dampak suatu kebijakan, untuk mengetahui apabila
ada penyimpangan, sebagai bahan masukan atau input untuk kebijakan yang akan datang.
Model
kebijakan dinyatakan dalam bentuk konsep/teori, diagram, grafik atau persamaan
matematis. Setiap model memiliki fokus yang berbeda tentang kondisi politik dan
membantu memahami berbagai perbedaan tentang kebijakan publik. Model kebijakan
publik di antaranya:
1. Model
Institusional atau Kelembagaan
2.
Model Proses
3.
Model Kelompok
4.
Model Elit
5.
Model Rasional
6.
Model Inkremental
7.
Model Pilihan Publik, dan
8.
Model Sistem.
Terdapat beberapa tipe evaluasi kebijakan yang
dikemukakan oleh para ahli, di antaranya menurut James Anderson:
·
Evaluasi kebijakan dipahami sebagai kegiatan
fungsional. Menyangkut prihal kepentingan (interest) dan ideologi dari
kebijakan.
·
Evaluasi yang memfokuskan diri pada bekerjanya
kebijakan atau program-program tertentu.
·
Evaluasi kebijakan sistematis. Melihat secara obyektif
program–program kebijakan yang dijalankan untuk mengukur dampaknya bagi
masyarakat dan melihat sejauh mana tujuan-tujuan yang telah dinyatakan tersebut
dicapai. Menjawab kontribusi dampak dalam menjawab kebutuhan masyarakat.
Sedangkan menurut W.N. Dunn, terdapat 5 tipe evaluasi
kebijakan publik, antara lain:
·
Model Deskriptif
·
Model Normatif
·
Model Verbal
·
Model Simbolis
·
Model Prosedural
B.
SARAN
Adapun saran yang dapat dikemukan dari makalah ini
adalah:
1. Dalam mengevaluasi
suatu kebijakan publik sebaiknya menggunakan model dan tipe yang sesuai dengan
permasalahan yang terkait.
2. Model dan
tipe evaluasi kebijakan yang digunakan harus memberi pengaruh positif terhadap
kinerja pemerintah dan masyarakat yang terkait dalamnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Bryant, Coralie dan White, Lousie. 1987. Manajemen Pembangunan untuk Negara Berkembang. Jakarta: LP3ES.
Subarsono, AG. 2005. Analisis
Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar