Rabu, 11 November 2015

“KETIKA MINYAK DAN AIR DISATUKAN”



                               
“KETIKA MINYAK DAN AIR DISATUKAN”
Dalam kehidupan ini ada hal yang dapat disatukan dan ada hal yang tidak dapat disatukan. Kita pernah berpikir bahwa kita dapat menyatukan dua hal yang tidak dapat disatukan untuk menjadi sebuah kesatuan yang menyatu. Kemudian ada juga yang berpikir bahwa mereka dapat menyatukan dua hal yang tidak dapat disatukan. Namun bukan berarti kita dan mereka tidak dapat menyatukan dua hal yang  tidak dapat disatukan. Satu pertanyaannya adalah bagaimana kita dapat menyatukannya?
Dalam kehidupan sehari-hari pernahkah kita mencoba menyatukan miyak dan air? Minyak akan selalu berada di atas dan air selalu berada di bawah. Bagaimanapun kita berusaha untuk menyatukan dua elemen yang berbeda ini dengan cara mencampur, mengaduk dan mengocoknya dalam satu wadah, tetapi dalam kenyataannya bahwa minyak dan air tidak akan pernah bersatu. Kemustahilan untuk menyatukan dua elemen ini akan terjadi, karena keduanya adalah elemen yang berbeda.
Dengan kenyataan di atas kita dapat menjadikan minyak dan air sebagai analogi hubungan perbedaan status antar mahasiswa. Analogi itu sangat nampak dalam hubungan antar mahasiswa, hal ini dikarenakan dalam kehidupan dunia kampus kebanyakan mahasiswa mengedepankan ego status dan persaingan prestise ketimbang persamaan. Dapat kita saksikan sendiri dimana mahasiwa lebih merasa sangat nyaman ketika berinteraksi dengan sesama golongan yang mereka anggap sederajat.
Sebagai agent of change tidak sepantasnya  mahasiwa mengedepankan rasa ego status dan persaingan prestise dalam dunia kampus, yang harus diperhatikan disini adalah mahasiswa harus dapat membuat perubahan dengan mengedepankan kesamaan antar mahasiswa. Karena ketika seseorang menjadi mahasiswa, dia harus dapat berpikir bahwa “Aku ada karena aku-aku yang lain dan aku ada karena pengakuan dari aku-aku yang lain yang mengakui tentang adanya aku” . Jika melihat kenyataan saat ini, mahasiswa belum menyadari bahwa dia adalah makluk sosial.
Salah satu contoh permasalahan konkrit yang dihadapi oleh mahasiswa saat ini yaitu Pembagian Pergaulan di dalam dunia kampus yang akhirnya menimbulkan ketersendatan dalam berkomunikasi antar mahasiswa. Secara tidak sadar analogi minyak dan air menjelma dalam pergaulan, seakan-akan yang lain menjadi minyak dan yang menjadi air. Padahal mahasiswa adalah satu kesatuan civitas academica yang dirangkul dalam Jurusan, Fakultas dan Universitas dimana masing-masing komponen penyatu mempunyai tujuan untuk menjalin persatuan antar mahasiswa.
Dengan melihat permasalahan yang dihadapi mahasiswa saat ini, kita dituntut untuk mulai melakukan perubahan dengan mengedepankan persatuan dan kesatuan di dalam dunia kampus. Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk menjalin persatuan dan kesatuan antar mahasiswa dengan mengubah cara pandang dan bertindak dalam pergaulan antar mahasiswa,  seperti kita tidak boleh membeda-bedakan status antara orang-orang kota dengan orang-orang desa, orang-orang yang memiliki latar belakang mampu dengan yang kurang mampu. Ada juga solusi lain yang dapat kita gunakan untuk menjalin persatuan dan kesatuan antar mahasiswa tanpa melakukan diskriminasi seperti pada saat berdialog dengan dialek daerah masing-masing.
Tak dapat dipungkiri bahwa masalah ini sudah menjadi budaya di dalam dunia kampus sehingga akan sangat sulit untuk dihilangkan. Hal ini akan sangat berpengaruh bagi kita sebagai mahasiswa dalam berinteraksi dengan sesama civitas academica, menghambat pola pikir sebagai seorang mahasiswa dan secara tidak langsung menutup diri terhadap orang lain. Maka dari itu, kita sebagai mahasiswa yang berintelek, berelegan dan berintegritas kita diajak untuk membuka diri, merendahkan diri terhadap sesama, berpikir bahwa kita semua satu. Ingat kita bukanlah minyak dan air yang tidak pernah bersatu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar