MAKALAH
“KETERKAITAN ANTARA PARTISIPASI
DAN PEMBERDAYAAN DALAM KONSEP PEMBANGUNAN”
OLEH :
NAMA : PAULINUS BENDU
NIM : 1303012086
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah
memberikan hikmat dan kemampuan sehingga makalah ini bisa terselesaikan. Adapun
tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi syarat untuk
memperoleh nilai tugas pada mata kuliah Pemberdayaan Masyarakat dengan judul “Keterkaitan antara Partisipasi dan
Pemberdayaan dalam konsep Pembangunan”
Pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan mendukung dalam penyusunan makalah ini, dan secara khusus
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Pemberdayaan
Masyarakat yang telah banyak memberikan pengetahuan yang bermanfaat bagi
penulis.
Dikarenakan pengetahuan yang terbatas,
penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangannya, baik ditinjau dari segi materi
maupun dari segi tata bahasanya. Namun, penyusun telah berupaya dengan segala
kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya semoga makalah
ini bisa bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Sekian dan terimakasih.
Kupang, 25 Mei 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar...................................................................................................................... i
Daftar
Isi................................................................................................................................ ii
BAB
I PENDAHULUAN.................................................................................................... 1
1.1
Latar Belakang........................................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah...................................................................................................... 2
1.3
Tujuan........................................................................................................................ 2
BAB
II PEMBAHASAN..................................................................................................... 3
2.1
Partisipasi dan pemberdayaan.................................................................................... 3
2.2
Faktor-faktor yang mempengaruhi Partisipasi Masyarakat........................................ 5
2.3
Pentingnya Partisipasi Dalam Pemberdayaan Masyarakat........................................ 7
2.4
Komunikasi pembangunan untuk pengembangan partisipasi masyarakat................ 10
BAB III PENUTUP............................................................................................................ 12
3.1
Kesimpulan............................................................................................................... 12
3.2
Saran......................................................................................................................... 13
Daftar Pustaka...................................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan sudah lama
disadari sebagai hal yang penting dan perlu diwujudkan. kesadaran ini semakin
meningkat setelah terjafi perubahan besar dalam sistem pemerintahahn dan
kenegaraan sejak tahun 1997,yang di tandai dengan bangkitnya era repormasi.
Berbagai gerakan telah mendesak kesadaran untuk mewujudkan demokrasi, keadilan,
keterbukaan dan kesempatanyang luas bagi masyarakatuntuk turut mengambil bagian
dalam berbagai proses pembangunandi segala aspek kehidupan.
Model pemberdayaan masyarakat dikembangkan untuk
memfasilitasi terwujudnya kedaulatan rakyat yang mampu mengatasi
permasalahan-pemasalahan masyarakat secara partisipatif, aspiratif dan
berkelanjutan untuk kepentingan masyarakat. Meskipun demikian, dalam
kenyataannya upaya tersebut belum begitu menggembirakan. Program pemberdayaan,
belum sepenuhnya diikuti dengan menguatkan kelompok atau institusi yang
benar-benar dapat menyalurkan aspirasi dan mengembangkan inisiatif masyarakat
lokal.keikutsertaan masyarakat dalam proses kebijakan masih belum jelas dan
masih ditempatkan sebagai sasaran program yang kadang-kadang tersisihkan oleh
desakan kepentingan kelompok tertentu yang berorientasi pada suatu tujuan.
Pengembangan
partisipasi masyarakat sudah sering kita dengar dan bicarakan, namun
pengimplementasiaanya belum sejalan dengan apa yang telah kita harapkan. Oleh
sebab itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menulis makalah tentang “Keterkaitan antara Partisipasi dan Pemberdayaan dalam konsep
Pembangunan”
1.2 Rumusan masalah
Dalam penyusunan makalah ini, penulis merumuskan
masalah yang akan dipaparkan dalam pembahasan yaitu :
1.
Apa yang dimaksud dengan
Partisipasi dan pemberdayaan?
2.
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Partisipasi Masyarakat?
3.
Seberapa Pentingnya Partisipasi Dalam Pemberdayaan Masyarakat?
4.
Bagaimana komunikasi pembangunan
untuk pengembangan partisipasi masyarakat?
1.3 Tujuan
Ø Tujuan
Umum
Tujuan umum dari
penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui dan menginformasikan
mengenai apa, bagaimana, dan siapa yang harus terlibat dalam proses
Pengembangan partisipasi Masyarakat.
Ø Tujuan
Khusus
Adapun tujuan khusus
dari penyusunan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
nilai tugas pada mata kuliah Pemberdayaan Msyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Partisipasi dan
Pemberdayaan
Dalam hal ini, proses
pemberdayaan (empowerment) ditujukan untuk “membantu klien memperoleh daya
(kuasa) untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan
yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan
sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan
kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara
lain melalui transfer daya dari lingkungannya.” (Payne, 1979)
Pandangan lain
mengartikan bahwa pemberdayaan secara konseptual pada intinya membahas
bagaimana indiviu, kelompok, ataupun komunitas berusaha mengkontrol kehidupan
mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan
keinginan mereka. Prinsip ini pada intinya mendorong klien untuk menentukan
sendiri apa yang harus ia lakukan dalam kaitan dengan upaya mengatasi
pemasalahan yang dihadapi, sehingga klien mempunyai kesadaran dan kekuasaan
penuh untuk membentuk hari depannya.
Selama ini, peranserta
masyarakat hanya dilihat dalam konteks yang sempit, adanya manusia cukup
dipandang sebagi tenaga kasar untuk mengurangi biaya pembangunan. Dengan
kondisi ini, partisipasi masyarakat “terbatas” pada implementasi atau penerapan
program, masyarakat tidak dikembangkan dayanya menjadi kreatif dari dalam
dirinya dan harus menerima keputusan yang sudah diambil “pihak luar”. Akhirnya,
pertisipasi menjadi bentuk yang pasif dan tidak memiliki “kesadaran kritis”.
Terhadap pengertian
partisipasi di atas, terjadi tindakan korektif yang disejajarkan dengan upaya
mencari definisi masyarakat yang lebih genuine (asli), aktif dan kritis. Konsep
yang baru tersebut menumbuhkan daya kreatif dalam dirinya sendiri sehingga
menghasilkan pengertian partisipasi yang aktif dan kraetif atau seperti yang
dikemukakan oleh Paul (1987) sebagai berikut: “…participation refers to an
active procesas whereby beneficiaries influence the direction and execution of
development projects rather than merely receive a share of project benefits”.
(partisipasi menunjukan suatu proses yang aktif untuk mewarisi pengaruh arah
dan pelaksanaan proyek pembangunan daipada hanya menerima bagian dari
keuntungan proyek).
Pengertian di atas
melihat keterlibatan masyarakat mulai dari tahap pembuatan keputusan, penerapan
keputusan, penikmatan hasil, dan evaluasi (Cohen dan Uphoff, 1980). Partisipasi
mendukung masyarakat untuk mulai “sadar” akan situasi dan masalah yang
dihadapinya serta berupaya mencari jalan keluar yang dapat dipakai untuk
mengatasi masalah mereka (memiliki kesadarn kritis). Partisipasi juga membantu
masyarkat miskin untuk melihat realitas sosial ekonomi yang mengelilingi
mereka.
Kemampuan masyarakat
untuk mewujudkan dan mempengaruhi arah serta pelaksanaan suatu program
ditentukan dengan mengandalkan power yang dimilikinya sehingga pemberdayaan
(empowerment) merupakan tema sentral atau jiwa partisipasi yang sifatnya aktif
dan kreatif.
Selama ini pemberdayaan
merupakan the missing ingredient (unsur yang hilang) dalam mewujudkan
partisipasi masyarakat yang aktif dan kreatif. Secara sederhana, pemberdayaan
mengacu kepada kemampuan masyarakat untuk mendapatkan dan memanfaatkan akses ke
dan kontrol atas sumber daya yang penting.
Masyarakat tidak akan
mau berpartisipasi di dalam program pembangunan masyarakat, kecuali mereka
dapat memperoleh apa yang mereka inginkan. Karena itu, tugas utama dari mereka
yang bertanggung jawab di dalam program pembangunan masyarakat ialah
mengidentifikasi kebutuhan yang dirasakan masyarakat. Masyarakat juga perlu
dibantu untuk mengadakan penilaian yang terbaik bagi mereka, tentang apa yang
menjadi kebutuhan mereka termasuk bagaimana menjadikan mereka memperoleh
kepuasan. Yang paling penting adalah bagaimana mereka mampu mengidentifikasi
kebutuhan yang belum mereka rasakan dan memiliki rasa sadar akan pentingnya rasa
kepuasan bagi mereka.
Umumnya pola pendekatan
ini kurang mendapat respon dari masyarakat, karena program itu sangat asing
bagi mereka sehingga sebagai inovasi yang baik sulit diadopsi. Pola ini
menjadikan masyarakat tergantung kepada mereka, sehingga prakarsa masyarakat
tidak berkembang.
Demikian juga dengan
pola pendekatan The multiple approach, dimana sebuah tim ahli dari luar
melaksanakan berbagai pelayanan untuk memecahkan masalah yang dihadapi
masyarakat. Pola ini, juga tidak mampu memberdayakan masyarakat secara optimum,
karena segala sesuatu tergantung pada tim ahli yang datang dari luar.
Pola pendekatan yang
paling efektif untuk memberdayakan masyarakat ialah The inner reources
approach. Pola ini menekankan pentingnya merangsang masyarakat untuk mampu
mengidentifikasi keinginan-keinginan dan kebutuhan- kebutuhannya dan bekerja
secara kooperatif dengan pemerintah dan badan-badan lain untuk mencapai
kepuasan bagi mereka. Pola ini mendidik masyarakat menjadi concern akan
pemenuhan dan pemecahan masalah yang dihadapi dengan menggunakan potensi yang
mereka miliki.
Sintesa antara
pengertian pemberdayaan dan partisipasi akhirnya menghasilkan pengertian:
“What gives real
meaning to (popular) participation is the collective effort by the people
concerned to pool their efforts and whatever other recources they decide to
pool together, to attain objectives they set for themselves. In this regard
participation is viewed as an active process in which the participants take
initiatives and action that is stimulated by their own thingking and
deliberation and over which only involves the people in actions
that have been thought out or designed by aother and are controleid by other is
unacceptable” (Percy-Okunla, 1986).
Oleh karena itu,
pemberdayaan dan partisipasi di tingkat komunitas merupakan dua konsep yang
erat kaitannya dan dalam konteks ini pernyataan Craig dan Mayo (1995) bahwa:
“empowerment is road to participation” adalah sangat relevan.
2.2 Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat
Menurut Slamet
(1993:97,137-143), faktor-faktor internal yang mempengaruhi partisipasi masyarakat
adalah jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan mata pencaharian.
Faktor internal berasal dari individu itu sendiri. Secara teoritis, tingkah
laku individu berhubungan erat atau ditentukan oleh:
·
Jenis Kelamin.
Partisipasi
yang diberikan oleh seorang pria dan wanita dalam pembangunan adalah berbeda.
Hal ini disebabkan oleh adanya sistem pelapisan sosial yang terbentuk dalam masyarakat,
yang membedakan kedudukan dan derajat ini, akan menimbulkan perbedaanperbedaan hak
dan kewajiban anatar pria dan wanita. Menurut Soedarno et.al (1992) dalam Yulianti
(2000:34), bahwa di dalam sistem pelapisan atas dasar seksualitas ini, golongan
pria memiliki hak istimewa dibandingkan golongan wanita. Dengan demikian maka kecenderungannya,
kelompok pria akan lebih banyak berpartisipasi.
·
Usia.
Perbedaan
usia juga mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat. Dalam masyarakat terdapat
pembedaan kedudukan dan derajat atas dasar senoritas, sehingga akan memunculkan
golongan tua dan goongan muda, yang berbeda-beda dalam hal-hal tertentu,
misalnya menyalurkan pendapat dan mengambil keputusan, Soedarno et.al (1992)
dalam Yulianti (2000:34). Usia berpengaruh pada keaktifan seseorang untuk
berpartisipasi (Slamet, 1994:142). Dalam hal ini golongan tua yang dianggap
lebih berpengalaman atau senior, akan lebih banyak memberikan pendapat dalam
hal menetapkan keputusan.
·
Tingkat Pendidikan.
Demikian
pula halnya dengan tingkat pengetahuan. Litwin (1986) dalam Yulianti (2000:34)
mengatakan bahwa, salah satu karakteristik partisipan dalam pembangunan partisipatif
adalah tingkat pengetahuan masyarakat tentang usaha-usaha partisipasi yang diberikan
masyarakat dalam pembangunan. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan
adalah tingkat pendidikan. Semakin tinggi latar belakang pendidikannya, tentunya
mempunyai pengetahuan yang luas tentang pembangunan dan bentuk serta tata cara partisipasi
yang dapat diberikan. Faktor pendidikan dianggap penting karena dengan
pendidikan yang diperoleh, seseorang lebih mudah berkomunikasi dengan orang
luar, dan cepat tanggap terhadap inovasi.
·
Tingkat Penghasilan.
Tingkat
penghasilan juga mempengaruhi partisipasi masyarakat. Menurut Barros (1993)
dalam Yulianti (2000:34), bahwa penduduk yang lebih kaya kebanyakan membayar
pengeluaran tunai dan jarang melakukan kerja fisik sendiri. Sementara penduduk yang
berpenghasilan pas-pasan akan cenderung berpartisipasi dalam hal tenaga.
Besarnya tingkat penghasilan akan memberi peluang lebih besar bagi masyarakat
untuk berpartisipasi. Tingkat penghasilan ini mempengaruhi kemampuan finansial
masyarakat untuk berinvestasi. Masyarakat hanya akan bersedia untuk mengerahkan
semua kemampuannya apabila hasil yang dicapai akan sesuai dengan keinginan dan
prioritas kebutuhan mereka (Turner dalam Panudju,1999:77-78)
·
Mata.
Pencaharian.
Hal ini berkaitan dengan tingkat penghasilan seseorang. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa mata pencaharian dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat
dalam pembangunan. Hal ini disebabkan pekerjaan akan berpengaruh terhadap waktu
luang seseoarang untuk terlibat alam pembangunan, misalnya dalam hal menghadiri
pertemuan, kerja bakti dan sebagainya.
Sementara itu
faktor-faktor eksternal dapat dikatakan sebagai petaruh (stakeholder),
yaitu semua pihak yang berkepentingan dan mempunyai pengaruh terhadap program
(Sunarti dalam Suciati 2007:39). Adapun faktor-faktor eksternal
dalam penyusunan Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) adalah
pemerintah dan swasta (LSM).
2.3 Pentingnya
Partisipasi Dalam Pemberdayaan Masyarakat
Partisipasi dan
pemberdayaan merupakan hal yang menjadi pusat perhatian dalam proses
pembangunan belakangan ini di berbagai Negara. Kemiskinan yang terus melanda dan
menggerus kehidupan masyarakat akibat resesi internasional yang terus bergulir
dan proses restrukturisasi menunjukkan perhatian yang sangat besar terhadap
strategi partisipasi sebagai sarana percepatan proses pembangunan. Partisipasi
dan pemberdayaan merupakan strategi yang sangat potensial dalam rangka meningkatkan
ekonomi, sosial dan transformasi budaya. Proses ini pada akhirnya akan dapat
menciptakan pembangunan yang lebih berpusat pada rakyat (people centered).
Salah satu agen
pembangunan internasional, Bank Dunia misalnya, percaya bahwa partisipasi
masyarakat di dunia ketiga seperti Indonesia merupakan sarana efektif untuk
menjangkau masyarakat termiskin melalui upaya pembangkitan semangat hidup untuk
dapat menolong diri sendiri. Dalam hal ini cara terbaik untuk mengatasi masalah
pembangunan adalah membiarkan semangat wiraswasta tumbuh dan berkembang dalam
kehidupan masyarakat, masyarakat berani mengambil resiko, berani bersaing,
tumbuh semangat untuk bersaing dan menemukan hal-hal baru melalui partisipasinya.
Pada konteks inilah, maka pendekatan partisipasi dengan melibatkan masyarakat
menjadi sangat penting untuk dilakukan.
Menurut Moeljarto ada
beberapa alasan utama mengapa partisipasi masyarakat mempunyai sifat penting.
Pertama, masyarakat adalah focus utama dan tujuan akhir dari pembangunan,
karena itu partisipasi merupakan akibat logis dari dalil tersebut. Memandang
masyarakat sebagai subyek dalam pembangunan menjadi sangat penting dalam rangka
memanusiakan masyarakat. Proses humanisasi ini pada gilirannya mampu mendorong
masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembangunan. Pembangunan
yang fokus dan sumber utamanya masyarakat akan dapat mengubah peranan
masyarakat tersebut sebagai penerima pasif menjadi anggota masyarakat yang
mampu berperan aktif dalam pembangunan.
Kedua, Partisipasi
menimbulkan rasa harga diri dan meningkatkan harkat dan martabat. Pembangunan
pada dasarnya adalah pembangunan manusia. Memang dalam pembangunan dibutuhkan
produksi barangbarang yang menjadi kebutuhan hidup manusia, manusia membutuhkan
makanan yang cukup untuk mengembangkan dirinya, membutuhkan perumahan dan
pakaian yang bersih untuk menjaga kesehatannya, dan juga membutuhkan
penerangan, transportasi dan alat komunikasi yang cukup agar dapat memudahkan hidup
mereka. Pembangunan mesti harus meningkatkan produksi barang-barang yang
menjadi kebutuhan hidup manusia, tetapi pemenuhan barang-barang yang menjadi
kebutuhan tersebut tetap bermuara pada pembangunan manusianya yaitu untuk meningkatkan
harkat dan martabat manusia. Oleh karena itu pembangunan yang melupakan aspek
manusianya (partisipasi) jelas tidak menguntungkan. Hal ini karena akan
menumbuhkan sikap pasif dari masyarakat baik dalam proses, pelaksanaan maupun
penerimaan hasil pembangunan. Sikap merasa tidak memiliki membuat mereka acuh
tak acuh dan enggan terhadap hasil-hasil pembangunan yang pada gilirannya dapat
menurunkan harkat dan martabat manusia.
Ketiga, Partisipasi
menciptakan suatu lingkaran umpan balik arus informasi tentang sikap, aspirasi,
kebutuhan dan kondisi daerah yang tanpa keberadaannya akan tidak terungkap. Hal
ini, misalnya dapat dilihat dari kegagalan program KB yang tidak
memperhitungkan sikap masyarakat terhadap penggunaan alat-alat kontrasepsi
ataupun program perkebunan tembakau di Zambia yang direncanakan tanpa dasar
pengetahuan mengenai keadaan politik dan sosial masyarakat.
Keempat, Partisipasi
memperluas zona (kawasan) penerimaan proyek pembangunan. Masyarakat akan lebih
mempercayai program-program pembangunan jika mereka merasa dilibatkan dalam
semua kegiatan baik proses persiapan, perencanaan, pelaksanaan dan menikmati
hasilnya, karena mereka akan lebih puas mengetahui seluk beluk program/proyek
tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap program/proyek tersebut.
Berbagai usaha untuk mencapai proyek-proyek swadaya menunjukkan bahwa bantuan
masyarakat setempat sangat sulit diharapkan jika mereka tidak dilibatkan.
Kelima, Partisipasi
menyediakan lingkungan yang kondusif bagi aktualisasi potensi manusia maupun
pertumbuhan manusia. Pembangunan yang memperluas keterlibatan masyarakat
menyadari tentang betapa pentingnya kapasitas masyarakat untuk meningkatkan
kemandirian dan kekuatan internal yang ditempuh melalui kesanggupan melakukan
control internal atas sumber daya materi dan non materi yang penting melalui redisrribusi
modal atau kepemilikan.
Keenam, Partisipasi
dipandang sebagai pencerminan hak-hak demokratis individu untuk dilibatkan
dalam pembangunan mereka sendiri. Dalam konteks ini, masyarakat memiliki hak
untuk memberikan saran dalam menentukan jenis pembangunan yang akan
dilaksanakan di daerah mereka. Hal ini selaras dengan konsep people centered
development yaitu jenis pembangunan yang lebih diarahkan pada perbaikan
nasib manusia dan tidak sebagai alat pembangunan iru sendiri.
Ketujuh, Partisipasi
merupakan cara yang efektif membangun kemampuan masyarakat untuk pengelolaan
program pembangunan guna memenuhi khas daerah. Sistem sosial budaya yang
beraneka ragam harus dipahami dan disadari sebagai sumber daya atau modal
sosial yang telah tersedia di masyarakat, walaupun di beberapa daerah sistem
sosial budaya tersebut telah mengalami pergeseran dan mulai memudar, namun jika
hal ini dimobilisasi kembali dengan cara-cara yang tepat dan sesuai dengan karateristik
sosial budaya setempat, secara bertahap akan memberikan kontribusi yang
signifikan dalam pembangunan nasional. Oleh karena iru partisipasi masyarakat
menjadi sangat penting dalam kaitannya dengan persoalan sosial budaya yang
menjadi ciri khas setiap daerah ini.
2.4 Komunikasi pembangunan untuk
pengembangan partisipasi masyarakat.
Upaya untuk penumbuh dan
pengembangan partisipasi masyarakat dalm pembangunan dapat diupayakan melalui
kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dalam perakteknya dilakukan melalui
kegiatan komunikasi pembangunan.
Dalam hal ini, harus dipahami
bahwa tujuan komunikasi pembangunan bukanlah sekedar untuk memasyarakatkan
pembangunan dan penyampaian pesan-pesan pemmbangunan saja, tetapi yang lebih
penting dari itu adalah menumbuhkan, mengerakan dan memelihara partisipasi
masyarakat dalam proses pembangunan. Dengan kata lain, komunikasi pembangunan
merupakan cara yang harus ditempuh untuk membangkitkan dan mengembangkan
partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan.
Tujuan dari komunikasi pembangunan
untuk pengembangan partisipasi masyarakat adalah:
a.
Menumbuhkan kesadaran masyarakat
untuk berpartisipasi
Seperti yang telah
dikemukakan, kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi itu baru akan tumbuh
apabila masyarakat mengetahui tentang:
·
Adanya masalh yang sedang
dihadapi dan memerlukan upaya pemecahannya.
·
Adanya kemampuan masyarakat
sendiri untuk memecahkan masalahnya sendiri
·
Pentingnya partisipasi setiap
warga masyarakat dalm pemecahan masalah tersebut melalui suatu kegiatan
pembangunan
·
Adanya kepercayaan dari dalm diri
setiap warga masyarakat yang bersangkutan bahwa mereka mampu memberikan
sembangan yang bermanfaat bagi pelaksanaan pembangunan.
Dengan demikian, setiap
kegiatan komunikasi pembangunan harus mampu menyampaikan pesan-pesan informative
dan persuasive yang relefan dengan keempat unsure tersebut, sehingga mampu
menumbuhkan, mengerakan dan menjamin terpeliharanya hubungan antar individu.
b.
Mengimformasikan tentang adanya
kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi
Sering terjadi
partisipasi tidak Nampak karena masyarakat merasa tidak diberi kesempatan untuk
berpartisipasi , khusunya yang menyangkut: pengambilam keputusan dalam
perencanaan pembangunan, pemantau dan evaluasi, serta pemanfaatan hasil
pembangunan yang telah dicapai.
Karena itu, melalui
komunikasi pebangunan harus dijelaskan tentang segala hak dan kewajiban setiap
warga masyarakat didalam setiap proses pembanguna yang dilaksanakan, serta pada bagian kegiatan
apa yang mereka harapkan untuk berpartisipasinya, dan apa bentuk partisipasinya
yang diharapkan ( tenaga, uang, materi, dan lain-lain ) dari masyarakat.
c.
Menunjukan dan meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi
Ketidakmunculnya
partisipasi masyarakat dalam pembangunan juga dapat terjadi karena mereka tidak
cukup memiliki atau merasa tidak memiliki kemampuan untuk berpartisipasi.
Sehubungnya dengan itu, melalui komunikasi pembangunan kepada masyarakat harus
ditunjukan adanya:
·
Kemampuan yang telah dimiliki
oleh masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembanguna
·
Berbagai potensi dan peluang yang
dapat dimanfaatkan agar masyarakat yang bersangkutan dapat dan mampu
berpartisipasi
·
Berbagai upaya untuk dapat
meningkatkan kemampuan masyarakat, agar mereka dapat berpartisipasi dalam
setiap kegiatan pembangunan
·
Mengerakan kemauan masyarakat
untuk berpartisipasi
Keadaan
umum yang sering menyebabkan tidak tumbuhnya partisipasi masyarakat dalm pembangunan
adalah karena mereka hanya diminta untuk berpartisipasi dalam memberika input,
tanpa mengetahui dengan jelas tentang manfaat apa ynag mereka peroleh dan
rasakan ( secara langsung maupun tidak langsung )
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Partisipasi dan pemberdayaan
merupakan hal yang menjadi pusat perhatian dalam proses pembangunan
belakangan ini di berbagai Negara. Kemiskinan yang terus melanda dan
menggerus kehidupan masyarakat akibat resesi internasional yang terus bergulir
dan proses restrukturisasi menunjukkan perhatian yang sangat besar terhadap
strategi partisipasi sebagai sarana percepatan proses pembangunan. Partisipasi
dan pemberdayaan merupakan strategi yang sangat potensial dalam rangka meningkatkan
ekonomi, sosial dan transformasi budaya. Proses ini pada akhirnya akan dapat
menciptakan pembangunan yang lebih berpusat pada rakyat (people centered).
Upaya untuk penumbuh dan
pengembangan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat diupayakan melalui
kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dalam perakteknya dilakukan melalui
kegiatan komunikasi pembangunan.
Dalam hal ini, harus dipahami
bahwa tujuan komunikasi pembangunan bukanlah sekedar untuk memasyarakatkan
pembangunan dan penyampaian pesan-pesan pemmbangunan saja, tetapi yang lebih
penting dari itu adalah menumbuhkan, mengerakan dan memelihara partisipasi
masyarakat dalam proses pembangunan. Dengan kata lain, komunikasi pembangunan
merupakan cara yang harus ditempuh untuk membangkitkan dan mengembangkan
partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan.
Keadaan umum yang
sering menyebabkan tidak tumbuhnya partisipasi masyarakat dalm pembangunan
adalah karena mereka hanya diminta untuk berpartisipasi dalam memberika input,
tanpa mengetahui dengan jelas tentang manfaat apa ynag mereka peroleh dan rasakan
( secara langsung maupun tidak langsung ).
3.2 Saran
Meningkatkan pembangunan diperlukan dukungan dari berbagai
pihak. Para akademik sebagai agent of change diharapkan dapat lebih
meningkatkan peran sertanya dalam mewujudkan pembangunan agar pembangunan dapat
lebih dirasakan oleh rakyat. Disarankan pula bagi pemerintah agar dapat lebih
membina dan membawa masyarakat untuk lebih membuka ruang dalam berpartisipasi,
sehingga pembangunan tidak hanya dirasakan golongan atas saja, tapi juga oleh rakyat
kecil.
Disarankan pula bagi pihak swasta untuk lebih berpartisipasi
ikut serta dalam proses pembangunan, dengan memberikan ruang dan arahan agar
masyarakat dapat mengetahui bagaimana partisipasi itu seharusnya, sehingga
terciptalah masyarakat yang aktif berpartisipasi pada pembangunan dan
melahirkan masyarakat yang berbasis pemberdayaan.
DAFTAR PUSTAKA
Totok Mardikanto, dkk. 2013. Pemberdayaan Masyarakat : Dalam Perspektif Kebijakan Publik. Bandung
: Alfabeta.
Edi Suharto. 2014. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat : Kajian Starategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial. Bandung : PT.
Revika Aditama.
Jurnal, Aplikasia.JumalAplikasillmu-ilmuAgama, Vol.
VIII, No. 2 Desember 2007:89-103
Jurnal, Sunarti, 2003, Partisipasi Masyarakat
dalam Pembangunan Perumahan secara Kelompok Jurnal Tata Loka, Volume 5,
Nomor 1, Januari, hal. 75-86
Jurnal portal, pemberdayaan massyarakat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar